Reporter: Mona Tobing | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Gabungan Pengusaha Pakan Ternak (GPMT) menghitung, impor jagung sepanjang tahun ini kemungkinan hanya 3 juta ton. Ini lebih kecil dibanding prediksi yang dibuat awal tahun, sekitar 3,5 juta - 3,6 juta ton.
Alasan impor tak melonjak, menurut pengurus GPMT, lantaran produksi jagung lokal pelan-pelan mulai memenuhi kebutuhan pakan ternak dalam negeri.
Desianto Budi Utomo, Sekjen Gabungan Pengusaha Pakan Ternak mengatakan, pada kuartal tiga dan kuartal empat impor jagung masing-masing berkisar 900.000 ton. Sementara realisasi impor jagung sepanjang semester satu telah mencapai 1,2 juta ton. Artinya, sampai akhir tahun, impor jagung untuk pakan ternak hanya sekitar 3 juta ton.
Impor jagung lokal pada semester dua ini mengalami kenaikan dibandingkan semester satu. Asumsi kenaikan impor didorong penurunan produksi jagung lokal.
Sebelumnya, Angka Ramalan Satu 2014 (ARAM Satu) memprediksi, tren produksi jagung setelah Agustus melandai. Produksi Agutus diperkirakan sebesar 1,43 juta ton, lalu September sebesar 1,1 juta ton. Oktober mencapai 1,2 juta ton, November sebesar 1,1 juta ton dan Desember turun menjadi 782.429 ton. Hanya saja, pada Desember, jagung akan mengalami defisit kebutuhan sebesar 203.116 ton.
"Produktivitas jagung lokal membaik sehingga kami merevisi jumlah impor jagung," ujar Desianto belum lama ini. Menurut dia, membaiknya produktivitas jagung nasional didorong kenaikan harga jual jagung di pasar. Sejak delapan bulan terakhir, harga jagung telah naik berkisar Rp 800 per kilogram.
Jika pada tahun 2013 harga jagung berkisar antara Rp 2.800 per kilogram. Kini harga jagung di pasar berkisar antara Rp 3.400 sampai Rp 3.500. Menurut Desianto, harga ini telah membuat petani jagung happy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News