Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. Kementerian Perdagangan (Kemdag) tengah mengutamakan kelapa sawit dalam perjanjian dagang yang dilakukan. Menurutnya, dari 13 perjanjian dagang yang sedang dalam proses, minyak kelapa sawit menjadi fokus negosiasi Indonesia.
"Kita sedang dalam proses meningkatkan perjanjian perdagangan, dan setiap perjanjian perdagangan kami memberikan prioritas ke crude palm oil," ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, dalam Indonesian Palm Oil Conference and 2019 Price Outlook, Kamis (1/11).
Enggar juga menjelaskan tidak mudah memprioritaskan sawit lantaran masing-masing negara saling memiliki kepentingan. "Ini tidak mudah. Kami saling 'menyandera' dan kami keras untuk itu," kata Enggar.
Menurut Enggar, Kementerian Perdagangan telah diminta oleh Presiden untuk mempercepat perjanjian perdagangan. Untuk mempercepat perdagangan ini pun dibutuhkan upaya yang keras mengingat belum ada perjanjian perdagangan sejak delapan tahun yang lalu. Dia mengatakan, adanya 13 perjanjian perdagangan yang sedang dalam proses ini merupakan potensi pasar yang besar untuk kelapa sawit.
Dalam paparannya, Enggar menjelaskan, minyak sawit adalah sumber penerimaan ekspor terbesar Indonesia. Bisa dilihat dari tahun 2017 di mana penerimaan ekspor kelapa sawit yang mencapai 13,7% dari total ekspor Indonesia.
Di tengah pertumbuhan industri minyak sawit, tantangannya pun terus berkembang, terlebih kampanye negatif dari negara-negara lain. Meski pemerintah sudah melakukan berbagai upaya untuk menghadapi tantangan di industri sawit, bantuan dari pelaku usaha pun dibutuhkan.
Enggar berpendapat, Indonesia tak bisa selalu bersikap reaktif atas kempanye negatif yang ditujukan. Tak hanya upaya dari pemerintah, namun kampanye positif dari pelaku usaha harus dilakukan sejak saat ini. "Bila tidak dilakukan sekarang bisnis ini bisa menjadi sunset industry," lanjut Enggar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News