kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.806.000   14.000   0,78%
  • USD/IDR 16.565   0,00   0,00%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Kemenperin Sebut198 Perusahaan Bangun Pabrik, Bisa Serap 24.568 Tenaga Kerja


Rabu, 26 Maret 2025 / 15:31 WIB
Kemenperin Sebut198 Perusahaan Bangun Pabrik, Bisa Serap 24.568 Tenaga Kerja
ILUSTRASI. Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim industri manufaktur Indonesia masih memiliki daya tarik di mata investor.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengklaim industri manufaktur Indonesia masih memiliki daya tarik di mata investor. Melalui Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas), Kemenperin mengungkapkan terdapat 198 perusahaan yang sedang membangun fasilitas produksi.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan jumlah tersebut berdasarkan laporan yang terjaring selama Januari - Februari 2025. Hanya saja, Febri tidak merinci subsektor dan perusahaan mana saja yang sedang membangun fasilitas produksi tersebut.

Febri hanya memberikan gambaran, pembangunan yang dilakukan oleh 198 perusahaan tersebut bisa membuka hingga 24.568 tenaga kerja. "Ada sekitar 198 perusahaan yang melaporkan sedang proses membangun fasilitas produksi. Rencana penyerapan tenaga kerja itu sebanyak 24.568," kata Febri dalam konferensi pers Indeks Kepercayaan Industri (IKI), Rabu (26/3).

Dengan kondisi tersebut, Febri mengatakan sektor manufaktur masih membawa daya tarik bagi investor untuk berinvestasi di Indonesia. "Masih banyak kok investor yang mau dan sedang berinvestasi membangun fasilitas produksi di Indonesia, dan menyerap tenaga kerja lebih banyak," imbuh Febri.

Baca Juga: Industri Manufaktur Masih Ekspansif, Menperin Singgung Tantangan Produk Impor

Febri bilang, Kemenperin akan terus mencermati dinamika ekonomi dan investasi. Termasuk dari sisi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Seperti diketahui, IHSG mengalami tekanan signifikan dalam beberapa waktu terakhir.

Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sempat mengalami trading halt atau penghentian sementara pada Selasa (18/3), lantaran IHSG anjlok lebih dari 5%. IHSG bahkan sempat terjun ke bawah level 6.000 pada Sesi I perdagangan Senin (24/3).

Hingga perdagangan kemarin (25/3), IHSG berada di level 6.235,61 atau telah terjun sedalam 11,93% jika diakumulasi secara year to date. Febri mengatakan, Kemenperin akan mencermati dampak dari pelemahan IHSG dan dinamika di pasar saham terhadap sektor industri.

"Kami belum bisa menyampaikan dampaknya ke industri. Tapi kami terus mencermati perkembangan dan dinamika di BEI, terutama mengenai IHSG dan saham-saham manufaktur," ujar Febri.

IKI Maret 2025 Melambat

Di sisi lain, Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada bulan Maret 2025 menunjukkan perlambatan, meski masih di level ekspansi. IKI melambat 0,17 poin dari 53,15 pada bulan Februari menjadi 52,98 pada Maret 2025.

Baca Juga: Rupiah Melemah, Begini Dampaknya bagi Industri Pendingin Refrigerasi

Nilai IKI bulan ini turun tipis 0,07 poin jika dibandingkan pada Maret 2024 yang sebesar 53,05. Febri mengungkapkan secara umum perlambatan IKI pada bulan ini dipengaruhi oleh dua faktor.

Pertama, IKI bulan Maret 2025 bertepatan dengan momentum bulan Ramadan. Menurut Febri, para pelaku industri sudah memacu produksi sejak bulan Januari - Februari untuk memenuhi permintaan di bulan Ramadan dan Lebaran.

"Jadi di Maret ini mereka tinggal mendistribusikan dan menjual produk. Biasanya mendekati libur Lebaran sudah mulai menurunkan produksi, karena mereka sudah mengejar produksi di dua bulan sebelumnya," kata Febri.

Kondisi tersebut juga terjadi pada industri makanan dan minuman (mamin), yang memiliki porsi cukup besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri manufaktur. Kondisi ini juga menjadi salah satu penahan laju IKI pada bulan Maret 2025.

Adapun di dalam IKI Maret 2025 ini, Kemenperin menganalisis 23 subsektor industri manufaktur. Sebanyak 96,5% atau 21 subsektor mengalami ekspansi, sedangkan dua subsektor kontraksi.

Dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman (KBLI 18), serta Industri Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional (KBLI 21). Kedua subsektor ini mengalami permintaan yang cukup tinggi.

Sementara itu, ada dua subsektor yang mengalami kontraksi, yakni Industri Furnitur (KBLI 31) dan Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik (KBLI 22). Febri pun mengungkapkan faktor kedua yang menjadi penyebab perlambatan IKI pada bulan Maret adalah sikap wait and see dari pelaku industri, khususnya yang berorientasi ekspor.

Baca Juga: Melongok Prospek dan Tantangan Industri Kimia di Tahun 2025

Selanjutnya: Bisakah Garam Epsom Menyembuhkan Nyeri Asam Urat? Ini Dia Penjelasannya

Menarik Dibaca: Bisakah Garam Epsom Menyembuhkan Nyeri Asam Urat? Ini Dia Penjelasannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×