kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kementan klaim ekspor produk pertanian tumbuh di tengah wabah corona


Selasa, 26 Mei 2020 / 18:35 WIB
Kementan klaim ekspor produk pertanian tumbuh di tengah wabah corona
ILUSTRASI. Berbagai buah Manggis. KONTAN/Muradi/2019/07/19


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) menyebutkan, ekspor pertanian tetap naik di tengah penyebaran pandemi corona.

Kepala Pusat Data dan Informasi Kementan, Ketut Kariyasa mengatakan, selama Januari-April 2020, ekspor produk pertanian menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kariyasa menjelaskan, selama Januari-April 2020 nilai ekspor pertanian meningkat 16,9% dibandingkan pada periode yang sama tahun 2019, dari Rp 115,18 triliun meningkat menjadi Rp 134,63 triliun.

Baca Juga: BPS catat impor sayuran melonjak, begini respons Kementan

Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat, 32,96%, dari sebesar Rp 33,62 triliun (Januari-April 2019) meningkat menjadi Rp 44,70 triliun (Januari-April 2020).

“Tahun 2019, China adalah negara tujuan ekspor utama produk pertanian kita. Dari ekspor produk pertanian senilai US$ 26,31 Milyar (Rp 372,57 Triliun), sebanyak 15,93% diekspor ke China. Negara tujuan ekspor berikutnya adalah India dengan pangsa pasar 11,24%; disusul Amerika 9,03%, Malaysia 5,05%; dan Pakistan 4,73%,” ujar dalam siaran pers, Selasa (26/5).

Lebih lanjut Kariyasa mengatakan, sepanjang 2019, Indonesia mengalami surplus perdagangan dengan China. Nilai ekspor produk pertanian Indonesia ke China selama tahun 2019 sekitar Rp 55,07 triliun dan nilai Impor Rp 28,68 triliun, sehingga ada surplus Rp 26,39 triliun.

Baca Juga: Ekspor pertanian masih naik di tengah pandemi, pengamat: Bukti tetap jadi andalan

"Pada tahun 2020 selama Januari-Maret, Indonesia juga mengalami surplus perdagangan dengan China sekitar Rp 2,41 Triliun,” jelasnya.

Kariyasa mengakui Indonesia masih mengimpor beberapa produk pertanian hortikultura, sayuran dan buah-buahan. Rinciannya, pada tahun 2019, impor produk hortikultura untuk kelompok sayuran terutama bawang putih yang mencapai US$ 547,01 juta, atau Rp 7,75 Triliun.

Kemudian disusul kentang, kebanyakan dalam bentuk kentang olahan sekitar US$124,89 juta atau setara Rp 1,77 triliun dan bawang Bombay US$74,55 juta setara Rp 1,06 triliun. Sementara impor untuk jenis sayuran bunga kol, brokoli dan kubis hanya US$ 7,84 juta (Rp 110,96 miliar).

Baca Juga: Kemtan bikin pengendalian penyakit gugur daun karet di tiga provinsi

Selain itu, lanjut Ketut, untuk produk buah-buahan, nilai impor selama 2019 sebesar US$1,23 miliar (Rp 17,38 triliun). Yakni impor produk buah-buahan terbanyak adalah Anggur US$ 385,16 juta, setara Rp 5,45 triliun

Kemudian, disusul Apel sebesar US$ 344,01 juta setara Rp 4,87 triliun, Jeruk US$ 259,09 juta setara Rp 3,67 triliun, dan Pir US$ 236,35 juta atau setara Rp 3,35 triliun.

"Ekspor akan terus ditingkatkan dan pada saat yang sama juga mengurangi impor melalui peningkatan produksi dalam negeri, agar melalui surplus perdagangan produk pertanian yang semakin meningkat diharapkan peran sektor pertanian dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional semakin nyata,” tutur Kariyasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×