Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari
Ia mengungkapkan sejumlah alasan mengapa pengembangan EBT patut jadi fokus, antara lain investasi energi bersih setiap US$ 1 bakal memberi imbal hasil sebesar US$ 3 sampai US$ 8. Adapun,total pasar investasi energi rendah karbon di Indonesia mencapai US$ 38,9 miliar.
Selain itu daya saing EBT yang lebih baik ketimbang energi fosil mengingat fluktuasi harga yang terjadi. Pengembangan EBT juga diyakini bakal berkontribusi pada terciptanya lapangan kerja yang lebih banyak ketimbang non-EBT.
Harris melanjutkan, sejumlah upaya akselerasi akan dilakukan terkhusus oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Baca Juga: PGN perluas pemanfaatan gas bumi lewat kerja sama antar BUMN
Sebelumnya, Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menuturkan, masih ada selisih antara sejumlah target yang ditetapkan. "Tahun 2019, kapasitas aktual terpasang EBT PLN 7,8 GW sementara dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) adalah 12,8 GW di 2024 nanti.
Target ini masih memiliki selisih sekitar 3,5 GW dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) sebesar 16,3 GW," terang Zulkifli.