Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan target kewajiban pasokan batubara untuk dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO) pada tahun 2025 akan lebih besar dibandingkan tahun 2024.
Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Julian Ambassadur Shiddiq mengatakan target DMO tahun ini mencapai 239,7 juta ton.
"Sebesar 239,7 juta ton," kata Julian saat dihubungi Kontan, Jumat (17/01).
Dalam perhitungan, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan target DMO sepanjang tahun 2024 yang berdasarkan data Minerba One Data Indonesia (MODI) adalah 181,3 juta ton. Sedangkan dalam realisasi mencapai 209,93 juta ton atau persentase DMO sepanjang 2024 adalah mencapai 115,79%.
Adapun, jika dibandingkan arti target DMO tahun 2025 ini meningkat 24,36% dibandingkan target DMO tahun lalu.
Baca Juga: Permintaan Naik, Produksi Batubara Makin Digenjot Tahun Ini
Julian juga bilang peningkatan target ini berdasarkan perhitungan yang dari hasil rapat multilateral dengan pelaku industri batu bara.
"(Target) dari prognosa hasil kami melakukan rapat multilateral dengan pelaku industri yang menggunakan batu bara," tambahnya.
Pertimbangan lainnya adalah melihat dari Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2025.
"Termasuk juga menganalisis RUPTL," tambahnya singkat.
Adapun, sebagian dari DMO tahun ini ungkap dia masih akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sebelumnya, Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memprediksi kebutuhan Indonesia terhadap batu bara tahun 2025 akan terus meningkat, terutama untuk menjaga ketahanan energi.
"Bisnis batubara tahun 2025 pendorongnya masih ada permintaan batubara dalam negeri maupun ekspor untuk menjaga ketahanan energi," ungkap Gita saat dihubungi Kontan, Senin (30/12).
Adapun, Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia menjelaskan pasokan DMO di tahun 2024 telah diterapkan dengan baik. Salah satunya, terlihat dari tidak adanya PLTU yang mengalami kelangkaan pasokan batubara.
"Konsumsi batubara dalam negeri kan bukan hanya ke PLN tetapi juga ke industri lain. Porsi konsumsi batubara untuk industri kelistrikan saat ini masih sekitar 65%," ungkap Hendra kepada Kontan, Jumat (17/01).
Dengan penambahan volume DMO tahun ini menurutnya pemerintah juga akan menargetkan adanya kenaikan produksi dan juga kenaikan konsumsi batubara domestik.
Meski begitu, Hendra kembali meminta pemerintah untuk mengevaluasi harga DMO batu bara untuk PLN yang tidak berubah sejak beberapa tahun terakhir yaitu senilai US$ 70 per ton.
"Saya rasa, harga jual ke PLN yang US$70/ton itu seharusnya dikaji lagi. Karena sudah berlaku sejak 2018, sementara biaya operasional tiap tahun mengalami peningkatan," katanya.
Baca Juga: Gabung BRICS, Ekspor Batubara Bakal Melejit
Selanjutnya: Prabowo Tetapkan Cuti Bersama ASN Tahun 2025, Jumlahnya 10 Hari
Menarik Dibaca: Bitcoin Balik ke US$ 100.000, Robert Kiyosaki Proyeksi Harga di Posisi Ini pada 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News