kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.035.000   26.000   1,29%
  • USD/IDR 16.446   4,00   0,02%
  • IDX 7.876   74,18   0,95%
  • KOMPAS100 1.102   13,28   1,22%
  • LQ45 799   6,02   0,76%
  • ISSI 269   3,13   1,18%
  • IDX30 415   3,54   0,86%
  • IDXHIDIV20 481   3,99   0,84%
  • IDX80 121   0,99   0,82%
  • IDXV30 133   1,27   0,96%
  • IDXQ30 134   1,18   0,89%

Kesulitan bahan, pengusaha baja masih rajin impor


Kamis, 12 Desember 2013 / 20:57 WIB
Kesulitan bahan, pengusaha baja masih rajin impor
ILUSTRASI. Popcorn, salah satu makanan yang aman dan baik dikonsumsi penderita kolesterol.


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kementerian Perindustrian memaparkan perkembangan industri baja dalam negeri terkendala oleh pasokan energi dan bahan baku. Karena hal itu, para pengusaha baja masih senang melakukan impor.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Benny Wachyudi mengaku pasokan energi dan bahan baku di dalam negeri belum bisa mencukupi kebutuhan pasokan industri baja dalam negeri. "Alhasil industri masih mengimpornya dari luar negeri, termasuk bahan baku scrap," ujar Benny, Kamis (12/12).

Benny menjelaskan dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan bijih besi di Indonesia mencapai 1,7 miliar ton. Biji besi tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara. "Kita terus mendorong program hilirisasi industri mineral untuk meningkatkan daya saing industri baja," papar Benny.

Alasan lain pengusaha baja senang melakukan impor karena murah. Benny memberi contoh untuk harga seng sebelum kenaikan kurs harganya Rp 33.0000 per lembar sekarang menjadi Rp 15.000.

"Pengaruhnya ke mana, ke pembelian biasa beli 100 lembar tetapi setelah ada kenaikan berkurang bisa hanya beli 50 lembar saja. Kita mau saja harganya Rp 15.000 tetapi stabil," jelas Benny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×