kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ketua Gapero: Jika pandemi berlarut-larut, produksi rokok bisa turun 40%


Rabu, 20 Mei 2020 / 22:48 WIB
Ketua Gapero: Jika pandemi berlarut-larut, produksi rokok bisa turun 40%
ILUSTRASI. Buruh tani mengangkat daun tembakau hasil panen di Bolon, Colomadu, Karangayar, Jawa Tengah, Senin (4/9).


Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Gabungan Perusahaan Rokok (Gapero) Surabaya, Sulami Bahar menolak anggapan bahwa perokok rentan terhadap penyebaran Covid-19. Sulami menegaskan bahwa Covid-19 tidak mengenal calon korban perokok atau tidak.

Baginya, jika manusia tidak menjaga kebersihan/kesehatan dan menjaga jarak akan mudah tertular Covid-19. “Baik orang yang tidak merokok maupun perokok akan berpotensi terkena virus yang mematikan itu. Artinya itu bukan hanya karena rokok orang kena Covid-19. Bukan karena rokok orang itu jadi tidak sehat,” tegas Sulami dalam siaran pers, Rabu (20/5)

Menurut Sulami, industri hasil tembakau (IHT) justru telah membantu pemerintah dalam upaya pencegahan dan penghentian penularan Covid-19. Hal ini terbukti dengan adanya keputusan pemerintah melalui PMK No 19/2020 yang mengijinkan pemerintah daerah menggunakan Dana Bagi Hasil cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) untuk membiayai kegiatan pencegahan penularan Covid-19 di daerahnya masing masing-masing.

Baca Juga: Cukai naik dan ada pandemi Covid-19, begini dampaknya ke industri hasil tembakau

“Malah pemerintah itu mendapatkan kontribusi dari rokok. Saat ini diakui atau tidak rokok itu benar-benar kontribusinya (dalam pencegahan Covid 19) itu nyata. DBHCHT digunakan untuk pencegahan penularan Covid 19. Ini kan luar biasa besarnya!," tegas Sulami.

Namun demikian, Sulami juga mengakui, Covid-19 berdampak ke industri rokok, khususnya terkait pada aktivitas produksi dan penjualan produk rokok. Hampir semua anggota Gapero Surabaya terkena imbas Covid-19.

“Jadi kalau dengan adanya kenaikan tarif cukai atau PMK No.152 itu kami perkirakan ada penurunan produksi sekitar 15%, ditambah lagi ada wabah corona sekarang. Jika nanti pemerintah dan kita tidak bisa menyelesaikan pandemik Covid-19 sehingga wabah Covid-19 berlarut-larut, kami memprediksi akan ada penurunan di tahun 2020 ini sekitar 40%,” beber Sulami.

Baca Juga: Industri rokok tolak peringatan kesehatan bergambar 90% pada bungkus rokok

Kendati demikian, Sulami menyampaikan, semua anggotanya masih terus melakukan kegiatan usaha. Sehingga masih tetap menyerap tenaga kerja dan menggerakkan perekonomian masyarakat.

Selain itu, pihaknya sangat mematuhi peraturan pemerintah khususnya berkaitan dengan protokol pencegahan Covid-19. Hal ini untuk mencegah adanya penularan Covid-19 di kawasan pabrik dan agar karyawan tetap sehat. "Saya rasa kalau untuk menggerakkan perekonomian, industri rokok masih mampu membantu menggerakkan perekonomian masyarakat sampai sekarang," katanya.

Adanya pandemik ini, kata Sulami, pihaknya belum bisa memprediksi kira-kira turunnya sampai berapa, tetapi kalau misalnya sampai berlarut-larut, Sulami memperkirakan produksi akan mengalami penurunan sekitar 40%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×