Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menargetkan akan menekan ketergantungan bahan Baku Obat (BBO) nasional hingga 15% pada 2021. Selama ini, sekitar 90% bahan baku obat (BBO) KAEF masih diimpor dari China dan India.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, dengan adanya holding BUMN Farmasi ini, akan memperkuat kemandirian farmasi "Selama ini 90% bahan baku obat masih diimpor 60% dari China dan sisanya dari India" jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/2).
Baca Juga: Holding BUMN Farmasi optimistis dapat kuasai pangsa pasar nasional di 2020
Impor bahan baku yang masih masif ini menurut Honesti membuat devisa negara tertekan. Adapun dengan adanya holding farmasi targetnya di akhir 2020 nanti bisa mengurangi impor bahan baku sebesar 5% karena pabrik baru beroperasi di tahun ini.
Adapun di 2021 impor bahan baku bisa ditingkatkan tiga kali lipatnya atau mencapai 15% sehingga impor bahan baku obat dapat ditekan menjadi 75%. Dalam memuluskan targetnya ini, Honesti menjelaskan, Kimia Farma sudah menyiapkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 2 triliun.
Baca Juga: Indofarma (INAF) telah mengalihkan 80,66% saham ke Bio Farma
Belanja modal akan digunakan untuk meningkatkan kapasitas produksi pabrik, khususnya bagi pabrik yang sedang dibangun yakni di kawasan Banjaran Kabupaten Bandung. Adapun belanja modal juga dialokasikan untuk pabrik KAEF di Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP).
Baca Juga: Phapros (PEHA) akan luncurkan 12 produk baru untuk bidik pertumbuhan dobel digit
Honesti tidak menampik, industri farmasi tidak akan bisa menihilkan impor bahan baku karena industri kimia dasar belum bisa menopang kebutuhan bahan baku farmasi.
Adapun untuk bahan baku yang akan diprioritaskan untuk diproduksi tahun ini adalah bahan baku kolesterol, diabetes dan kosmetik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News