Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia baik jenis West Texas Intermediate (WTI) maupun Brent masih bergerak di bawah level US$ 70 per barel. Kondisi ini bisa membawa katalis positif yang mendongkrak kinerja emiten petrokimia seperti PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri, Suryandi membeberkan harga minyak mentah yang berada di level moderat cenderung memberikan dampak positif bagi industri petrokimia karena menurunkan biaya bahan baku yang berasal dari turunan minyak.
Kondisi ini berpotensi memperluas margin usaha, terutama ketika harga produk petrokimia tetap stabil atau meningkat. Sebagai perusahaan petrokimia terintegrasi, TPIA memproses bahan baku utama berupa nafta dan kondensat, yang merupakan turunan dari minyak mentah.
Baca Juga: Begini Progres IPO Anak Usaha Chandra Asri (TPIA), Chandra Daya Investasi
"Dengan demikian, pergerakan harga minyak mentah secara tidak langsung memengaruhi struktur biaya produksi kami, khususnya pada komponen bahan baku," kata Suryandi kepada Kontan.co.id, Selasa (10/6).
Dalam memenuhi kebutuhan bahan baku, TPIA tidak secara langsung membeli minyak mentah, melainkan produk turunannya yang dipasok melalui kontrak jangka panjang dan mekanisme pasar yang kompetitif. Suryandi pun memberikan catatan, fluktuasi harga minyak mentah berkontribusi terhadap variabilitas biaya bahan baku, tapi proporsi terhadap total biaya operasional bersifat dinamis dan tergantung pada posisi pasar.
Dus, tren harga minyak mentah yang relatif rendah dapat menjadi katalis yang mendukung efisiensi biaya dan memperkuat kinerja operasional. Tapi, TPIA tetap mesti mencermati faktor-faktor lain. Terutama dari sisi permintaan regional, dinamika pasar global, serta tingkat utilisasi industri yang turut memengaruhi profitabilitas secara keseluruhan.
Suryandi menegaskan, TPIA tetap fokus menerapkan manajemen risiko yang prudent dan strategi operasional yang adaptif untuk menjaga daya saing di tengah fluktuasi pasar. Suryandi pun meyakini TPIA bisa mencapai pertumbuhan kinerja pada tahun ini.
Baca Juga: Chandra Asri Kenalkan Layanan Kepelabuhanan dan Logistik di IMW 2025
"Dengan proyeksi pemulihan ekonomi dan pertumbuhan sektor hilir, kami optimistis bahwa kondisi ini dapat menjadi momentum positif bagi industri dan mendukung pertumbuhan Chandra Asri pada tahun 2025," tandas Suryandi.
Strategi Chandra Asri di Sisa 2025
Sekadar mengingatkan, dari sisi kinerja, TPIA berhasil memperbaiki performa keuangan dalam periode tiga bulan pertama 2025. TPIA meraup pendapatan US$ 622,09 juta pada kuartal I-2025, naik 31,82% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan pendapatan US$ 471,91 juta pada kuartal I-2024.
Sejalan dengan itu, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) milik taipan Prajogo Pangestu ini memangkas kerugian. Rugi bersih TPIA menyusut 22,58% (yoy) dari US$ 33,12 juta menjadi US$ 25,64 juta hingga Maret 2025.
Suryandi membeberkan perbaikan kinerja TPIA pada kuartal I-2025 mencerminkan hasil dari strategi pengelolaan biaya serta kondisi pasar yang mulai membaik. "Seiring pengelolaan biaya yang disiplin, kami mengalami peningkatan kapasitas produksi untuk produk dengan margin yang lebih tinggi," kata Suryandi.
Di sisa tahun 2025, TPIA akan fokus pada optimalisasi portofolio bisnis yang lebih terintegrasi antara petrokimia, energi dan infrastruktur. Suryandi pun menyoroti keberhasilan mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Park, yang kini dikenal sebagai Aster.
Suryandi bilang, aksi tersebut merupakan langkah besar dalam memperluas kehadiran Chandra Asri Group secara regional di sektor kimia, energi dan infrastruktur. Aster nantinya akan dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan, sehingga memberikan kontribusi positif terhadap kinerja keuangan TPIA.
Dari segmen infrastruktur, TPIA juga telah menyuntik modal sebesar US$ 185 juta ke PT Chandra Daya Investasi (CDI), yang dilakukan bersama EGCO Group. Investasi ini akan mendorong ekspansi CDI dalam membangun infrastruktur berkelanjutan dan bernilai tambah tinggi di Asia Tenggara.
Baca Juga: Usai Akuisisi Shell, Chandra Asri (TPIA) Terus Ekspansi
"Strategi kami ke depannya guna memperkuat sinergi antar segmen bisnis agar saling mendukung dan menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan," ungkap Suryandi kepada Kontan.co.id pada bulan lalu.
Optimisme TPIA juga sejalan dengan prospek industri petrokimia global yang diproyeksikan akan pulih secara bertahap pada tahun 2025. Meski, tantangan geopolitik, fluktuasi harga energi dan ketidakpastian makro-ekonomi masih menjadi faktor yang turut menentukan.
"Namun, kami melihat peluang dari permintaan domestik yang selalu menjadi pasar dominan serta permintaan dalam negeri yang masih terus tumbuh seiring dengan dorongan pemerintah terhadap substitusi impor," tambah Suryandi.
Di tengah langkah ekspansi tersebut, hingga kuartal I-2025 TPIA baru menyerap belanja modal (capex) sekitar 13% dari total anggaran tahun ini. Realisasi capex sebagian besar dialokasikan untuk proyek strategis seperti penguatan infrastruktur energi dan biaya operasional.
Adapun, TPIA menyiapkan capex sebesar US$ 550 juta - US$ 600 juta atau mencapai sekitar Rp 8,8 triliun sepanjang tahun ini. Mayoritas dari capex TPIA akan dialokasikan untuk pembangunan Pabrik CA-EDC.
Selanjutnya: Perluas Layanan di 13 Negara, Transaksi Remitansi BSI Naik 15% per Mei 2025
Menarik Dibaca: AirAsia Beri Diskon Tiket Pesawat 6% Selama Libur Sekolah Juni-Juli 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News