Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memanasnya konflik antara Amerika Serikat (AS) dan Iran menambah ketidakpastian pada stabilitas rantai pasok global.
Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menegaskan bahwa sektor logistik nasional perlu bersiap menghadapi dampak disrupsi global, khususnya terkait jalur pelayaran strategis seperti Selat Hormuz.
Baca Juga: Sambut Dirjen Bea Cukai Baru, ALFI Siap Perkuat Sinergi Logistik
“Perang ini bisa memicu disrupsi besar pada rantai pasok global, termasuk Indonesia, khususnya sektor minyak, bahan baku industri, dan rute pelayaran internasional,” ujar Akbar dalam keterangannya, Rabu (25/6).
Akbar menilai ketegangan di kawasan produsen minyak dunia itu berpotensi menekan biaya logistik global, dengan dampak langsung pada Indonesia.
Gangguan di Selat Hormuz akan memperpanjang waktu tempuh kapal, mendorong penggunaan rute alternatif, dan memicu kenaikan harga bahan bakar.
“Lonjakan harga minyak akan berdampak langsung pada ongkos logistik. Risiko keterlambatan pengiriman juga meningkat. Ini harus disikapi serius oleh pelaku usaha dan pemerintah,” tegasnya.
Baca Juga: Trump Kenakan Tarif Impor 32% untuk Indonesia, Begini Respons ALFI
Menurutnya, logistik adalah urat nadi perdagangan, sehingga gangguan terhadap jalur distribusi global harus segera diantisipasi.
ALFI mendorong pemerintah menyusun skenario darurat logistik, termasuk memperkuat jalur distribusi domestik dan diversifikasi rute ekspor-impor.
Akbar juga menekankan pentingnya transformasi digital dalam sistem logistik nasional. Digitalisasi dinilai mampu meningkatkan efisiensi sekaligus mempercepat respons terhadap krisis.
“Dengan sistem logistik yang terintegrasi secara digital, kita bisa lebih tanggap dalam merespons disrupsi akibat geopolitik, iklim, atau ekonomi,” imbuhnya.
ALFI juga mendorong koordinasi lintas kementerian dan lembaga, termasuk Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, BUMN, Kadin, hingga asosiasi pelaku usaha untuk merancang roadmap respons krisis logistik secara menyeluruh.
Baca Juga: Kirim Surat ke Kongres, Trump Yakin Iran Memiliki Program Senjata Nuklir
“Kita tak boleh hanya reaktif. Pemerintah dan pelaku usaha harus duduk bersama menyusun skenario berlapis,” kata Akbar.
Lebih jauh, ALFI mendorong ekspansi pasar ekspor ke negara-negara yang tidak terdampak konflik, serta memperkuat ketahanan logistik domestik agar tidak tergantung pada satu jalur atau kawasan tertentu.
“Diversifikasi rute dan pasar adalah kunci agar kita tidak terlalu rentan,” tegas Akbar.
Ia juga mengingatkan bahwa sektor logistik adalah elemen strategis penopang perekonomian nasional.
Oleh karena itu, dukungan kebijakan dan insentif dari pemerintah sangat dibutuhkan, khususnya bagi pelaku logistik kecil dan menengah.
Baca Juga: ALFI Sebut Konektivitas Infrastruktur Sangat Penting dalam Mendorong EBT
“Regulasi yang fleksibel dan insentif fiskal bisa menjadi bantalan agar sektor logistik tetap tumbuh di tengah krisis global,” tutupnya.
Dengan situasi dunia yang makin tidak menentu, ALFI menegaskan bahwa kekuatan logistik nasional yang tangguh akan menjadi fondasi utama bagi ketahanan ekonomi Indonesia.
Selanjutnya: Serap Banyak Tenaga Kerja, Bea Cukai Dukung Percepatan Investasi di KEK Kendal
Menarik Dibaca: 75% Mitra Lalamove Berasal dari Pekerja Tradisional, Kini Dorong UMKM Tumbuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News