Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Realisasi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi makin melar tiap bulannya. Data Badan Pelaksana Hilir Minyak dan Gas bumi (BPH Migas) menyebutkan realisasi konsumsi BBM subsidi pada Maret sebesar 3,4 juta kiloliter (kl), dan Februari sebesar 3 juta kl.
"Waktu Maret terjadi panic buying, masyarakat banyak yang melakukan penimbunan. Selain itu juga adanya kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang cukup signifikan rata-rata 13%," ujar Kepala BPH Migas Tubagus Haryono, lewat pesan singkatnya kepada KONTAN, Selasa (12/4).
Pada bulan Maret, realisasi konsumsi premium sebesar 2,07 juta kl, naik 2,68% dari realisasi konsumsi premium pada Februari sebesar 1,8 juta kl. Adapun realisasi konsumsi solar pada bulan Maret mencapai 1,18 juta kl, sementara pada Februari sebesar 1,02 juta kl. Kenaikan juga terjadi pada realisasi konsumsi kerosin yang naik menjadi 163,08 ribu kl per Maret, dibanding bulan sebelumnya yang sejumlah 149,97 ribu kl.
"Realisasi konsumsi BBM subsidi pada tahun ini naik sekitar 6,6% dibandingkan dengan realisasi konsumsi subsidi pada tahun lalu. Kuartal I, tahun lalu, realisasi konsumsi bbm subsidi mencapai 9,08 juta kl," tutur Tubagus.
Merujuk data BPH Migas, realisasi konsumsi BBM subsidi sepanjang kuartal I tahun ini melebihi kuota alokasi yang ditetapkan pemerintah. Berdasarkan kuota pemerintah, konsumsi bbm subsidi sepanjang kuartal I 2011 seharusnya 9,1 juta kl. Namun, sepanjang kuartal I tahun ini, realisasi konsumsi bbm subsidi membengkak menjadi 9,6 juta KL.
Sebelumnya, Anggota BPH Migas Ibrahim Hasyim menuturkan, konsumsi bbm subsidi di beberapa wilayah di Indonesia melebihi kuota. Dari 33 wilayah di Indonesia, sebanyak 24 wilayah yang realisasi konsumsi premium melebihi kuota, dan 19 wilayah yang realisasi konsumsi solarnya melebihi kuota.
"Memang yang kelebihan konsumsi itu kebanyakan di wilayah Sumatra. Rata-rata konsumsi premium itu 102% di atas kuota, sedangkan konsumsi solar sekitar 103% dari kuota," tutur Ibrahim.
Sayangnya, Tubagus enggan mengatakan bagaimana cara pemerintah untuk membatasi konsumsi BBM supaya ke depannya tidak melebihi kuota.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News