Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bersiap untuk melakukan divestasi pada ruas jalan tol yang dimilikinya. Strategi ini dipilih sebagai upaya memperbaiki neraca keuangan dengan memperkuat struktur modal dan mengurangi tumpukan utang.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), misalnya, akan melanjutkan divestasi ruas tol yang dioperasikannya.
Corporate Communication & Community Development Group Head Jasa Marga Dwimawan Heru mengatakan, langkah ini memang menjadi salah satu alternatif dalam asset recycling. Namun, dia belum membeberkan berapa dan ruas jalan tol mana saja yang akan didivestasi.
Yang pasti, Jasa Marga masih menunggu momentum dan kondisi pasar yang tepat, supaya memperoleh nilai jual yang optimal. Dwimawan memastikan, mayoritas kepemilikan saham tetap berada di tangan Jasa Marga setelah ruas tol dijual.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) siap bayar dua obligasi yang jatuh tempo pada September 2021
"Yang bisa kami divestasi adalah ruas dengan persentase kepemilikan saham yang tinggi. Dan jika dilakukan divestasi, kami tetap akan menjaga posisi mayoritas minimal 51%," kata Dwimawan saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/9).
Dihubungi terpisah, Corporate Finance Group Head Jasa Marga Eka Setya Adrianto mengamini bahwa pihaknya sedang berdiskusi dengan beberapa investor.
Meski belum membuka ruas tol mana saja yang akan didivestasikan dan pihak mana saja akan membelinya, tapi Eka menyebut bahwa dana yang nantinya didapat akan dipakai untuk memperbaiki capital structure dengan cara mengurangi utang.
"Kami sedang berdiskusi dengan beberapa investor. Pada prinsipnya kami ingin menjaga ruas yang didivestasi tetap jadi mayoritas. Untuk ruasnya kami belum bisa infokan. Kami juga ingin memastikan harganya optimal sehingga timing akan menyesuaikan dengan kondisi tersebut," terang Eka.
Sekadar mengingatkan, Jasa Marga telah mendivestasi 14% saham di PT Marga Lingkar Jakarta (MLJ), anak usaha yang mengelola Jalan Tol JORR W2 Utara (Ulujami-Kebon Jeruk).
Sebelum pelaksanaan divestasi, PT MLJ dimiliki oleh Jasa Marga sebesar 65% dari total ekuitas. Setelah transaksi, kepemilikan Jasa Marga menjadi 51%.
Selain Jasa Marga, emiten kontraktor BUMN, PT PP Tbk (PTPP) pada April 2021 lalu telah mendivestasikan sahamnya di ruas Jalan Tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi kepada investor asal Hongkong, Kings Ring Limited. Nilai dari divestasi tersebut sebesar Rp 412 miliar.
Baca Juga: Penyerapan capex masih rendah, ini penjelasan Jasa Marga (JSMR)
Selain ruas jalan tol itu, PTPP juga berencana melakukan divestasi pada ruas Jalan Tol Pandaan-Malang yang berlokasi di Jawa Timur.
"Pada tahun ini PTPP berencana melakukan divestasi jalan tol sebagai salah satu strategi pengembangan kinerja perusahaan," kata Sekretaris Perusahaan PTPP Yuyus Juarsa, saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (14/9).
Dia mengungkapkan, saat ini PTPP sedang melakukan diskusi dengan tiga calon investor. Tanpa membuka nama dari ketiga calon investor tersebut, Yuyus menyebut bahwa mereka ada yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Yang pasti, untuk tahun ini belum ada ruas tol PTPP yang akan didivestasikan kepada Lembaga Pengelola Investasi (LPI)/Indonesia Investment Authority (INA).
"Divestasi kepada LPI/INA akan dilakukan untuk divestasi Jalan Tol yang lainnya pada tahun berikutnya," sambung Yuyus.
Merujuk pada pemberitaan Kontan.co.id, PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) juga akan melanjutkan divestasi jalan tol di tahun ini. Hal tersebut sebagai upaya penyehatan keuangan dan mencapai bisnis yang berkelanjutan.
Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) targetkan divestasi 6-7 jalan tol tahun ini
BUMN pengembang infrastruktur ini memasang target untuk melepas enam hingga tujuh ruas tol yang dimiliki anak usahanya, PT Waskita Toll Road (WTR).
Hingga semester I-2021, Waskita telah mendivestasi tiga ruas tol yaitu Tol Medan Kualanamu Tebing Tinggi, Tol Batang Semarang dan Tol Cinere Serpong. Total nilai divestasi yang didapat mencapai Rp 4,3 triliun.
Sampai dengan akhir tahun 2021, Waskita masih menargetkan divestasi beberapa ruas jalan tol. Salah satunya, ruas jalan tol Cibitung-Cilincing yang ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Jual Beli Bersyarat (PJBB) pada 21 Juli 2021 dengan PT Akses Pelabuhan Indonesia. Penandatanganan akta jual beli ditargetkan dapat terlaksana pada kuartal IV 2021.
Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Ratna Ningrum menyampaikan, saat ini dua sampai tiga ruas tol lainnya dalam tahap diskusi dan negosiasi dengan lebih dari 30 calon investor, salah satunya adalah INA.
"Adapun untuk tahun 2021 ini, Waskita menargetkan untuk menerima total proceed dari divestasi ruas tol sekitar Rp 10 triliun," kata Ratna.
Nantinya, dana yang diterima melalui divestasi dipakai untuk memenuhi kewajiban Waskita kepada para kreditur. Selain itu, juga akan digunakan sebagai tambahan modal kerja. Asal tahu saja, divestasi aset menjadi salah satu dari delapan program penyehatan keuangan Waskita Karya.
Baca Juga: Divestasi Memoles Kinerja Keuangan PTPP
Sebelumnya, BUMN Karya lainnya, PT Hutama Karya (Persero) memastikan siap untuk menawarkan sejumlah ruas jalan tol Trans Sumatra yang dikelolanya kepada INA. EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan, proses penjajakan masih berlangsung.
Selain dalam bentuk divestasi, skema lain yang mungkin ditawarkan yakni pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu. Jika rencana ini terwujud, Hutama Karya menargetkan penggunaan dana yang diperoleh untuk pembangunan ruas tol baru di Sumatra.
Terkait penjualan jalan tol milik BUMN ini, Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto mengatakan bahwa bagi BUMN Karya seperti Waskita, bisnis model yang dilakukan sebagai investor adalah membangun jalan tol dan kemudian mendivestasi.
Dengan kata lain, divestasi jalan tol memang menjadi strategi yang harus dilakukan untuk mengembalikan investasi yang mereka sudah lakukan.
Namun proses divestasi tersebut tidak berjalan mulus lantaran ada hambatan, terutama akibat situasi pandemi yang terjadi pada tahun lalu.
"Sekarang dengan adanya minat investor seperti dari Hongkong untuk akuisisi jalan tol, diharapkan posisi keuangan dan cash flow BUMN Karya akan semakin baik," sebut Toto kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Divestasi Jalan Tol, Waskita Karya (WSKT) Negosiasi dengan 30 Calon Investor
Dia menambahkan, dengan model bisnis investment company seperti itu, margin keuntungan yang bisa diraih akan lebih besar, dibandingkan hanya bertumpu pada bisnis perusahaan konstruksi dengan margin yang relatif kecil.
Namun untuk perusahaan dengan core business pengelolaan jalan tol seperti Jasa Marga, Toto memberikan catatan. Dia menyebut, bisnis tol yang bersifat investasi jangka panjang memang membutuhkan pendanaan yang kuat.
Dalam konteks penyehatan kondisi keuangan, divestasi ruas tol memang bisa menjadi alternatif untuk dilakukan. Apalagi di tengah pandemi dan pengetatan mobilitas masyarakat, pertumbuhan lalu lintas tol ikut melambat. Kondisi ini bisa memukul pendapatan tol yang merupakan sumber pemasukan (revenue stream) Jasa Marga.
Namun, perlu ada manajemen risiko yang matang terkait lokasi dan pelepasan porsi saham dari jalan tol yang akan didivestasikan. "Harus mempertimbangkan dengan matang ruas tol mana yang dilepas dan berapa saham yang dilepas, dengan memperhatikan keberlanjutan bisnis ke depan," pungkas Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News