Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Sebelumnya, BUMN Karya lainnya, PT Hutama Karya (Persero) memastikan siap untuk menawarkan sejumlah ruas jalan tol Trans Sumatra yang dikelolanya kepada INA. EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo mengatakan, proses penjajakan masih berlangsung.
Selain dalam bentuk divestasi, skema lain yang mungkin ditawarkan yakni pengalihan konsesi untuk jangka waktu tertentu. Jika rencana ini terwujud, Hutama Karya menargetkan penggunaan dana yang diperoleh untuk pembangunan ruas tol baru di Sumatra.
Terkait penjualan jalan tol milik BUMN ini, Pengamat dari Lembaga Manajemen FEB UI Toto Pranoto mengatakan bahwa bagi BUMN Karya seperti Waskita, bisnis model yang dilakukan sebagai investor adalah membangun jalan tol dan kemudian mendivestasi.
Dengan kata lain, divestasi jalan tol memang menjadi strategi yang harus dilakukan untuk mengembalikan investasi yang mereka sudah lakukan.
Namun proses divestasi tersebut tidak berjalan mulus lantaran ada hambatan, terutama akibat situasi pandemi yang terjadi pada tahun lalu.
"Sekarang dengan adanya minat investor seperti dari Hongkong untuk akuisisi jalan tol, diharapkan posisi keuangan dan cash flow BUMN Karya akan semakin baik," sebut Toto kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Divestasi Jalan Tol, Waskita Karya (WSKT) Negosiasi dengan 30 Calon Investor
Dia menambahkan, dengan model bisnis investment company seperti itu, margin keuntungan yang bisa diraih akan lebih besar, dibandingkan hanya bertumpu pada bisnis perusahaan konstruksi dengan margin yang relatif kecil.
Namun untuk perusahaan dengan core business pengelolaan jalan tol seperti Jasa Marga, Toto memberikan catatan. Dia menyebut, bisnis tol yang bersifat investasi jangka panjang memang membutuhkan pendanaan yang kuat.
Dalam konteks penyehatan kondisi keuangan, divestasi ruas tol memang bisa menjadi alternatif untuk dilakukan. Apalagi di tengah pandemi dan pengetatan mobilitas masyarakat, pertumbuhan lalu lintas tol ikut melambat. Kondisi ini bisa memukul pendapatan tol yang merupakan sumber pemasukan (revenue stream) Jasa Marga.
Namun, perlu ada manajemen risiko yang matang terkait lokasi dan pelepasan porsi saham dari jalan tol yang akan didivestasikan. "Harus mempertimbangkan dengan matang ruas tol mana yang dilepas dan berapa saham yang dilepas, dengan memperhatikan keberlanjutan bisnis ke depan," pungkas Toto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News