Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - TERNATE. Ekspansi hilirisasi nikel Grup Harita bakal memasuki babak baru. Tahun ini, perusahaan patungan PT Trimegah Bangun Persada TBP dan Lygend Resources & Technology Co., Ltd (Lygend), yakni PT Halmahera Persada Lygend (HPL), berencana memulai produksi komersial Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4).
Direktur Trimegah Bangun Persada (TBP), Tonny H. Gultom mengatakan, uji coba alias commissioning fasilitas produksi Nikel Sulfat sedang berjalan. Kalau tidak aral melintang, produksi komersial Nikel Sulfat diharapkan bisa dimulai pada Mei atau paling lambat Juni 2023.
Sementara itu, produksi Kobalt Sulfat diharapkan bisa menyusul di tahun yang sama.
“Yang Kobalt Sulfat juga diharapkan produksi komersial tahun ini,” ujar Tonny saat ditemui usai acara bertajuk Ngobrol Asyik di Ternate, Senin malam (10/4).
Baca Juga: Newmont Akan Akuisisi Perusahan Tambang Emas Australia Rp 290 Triliun
HPL merupakan entitas asosiasi TBP. Mengutip prospektus perusahaan, TBP memiliki kepemilikan saham sebesar 45,10%.
Saat ini, HPL memiliki fokus kegiatan usaha pengolahan limonit, bijih nikel kadar rendah yang dahulu kerap dianggap tidak ekonomis untuk ditambang di industri hulu nikel. Catatan saja, bijih saprolite biasanya memiliki kadar nikel 1,5%-3%, sementara untuk bijih limonite memiliki kadar nikel 0,8%-1,5%.
Keduanya memiliki produk hilir yang berbeda. Saprolit dapat diolah menjadi bahan baku stainless steel, sementara pemurnian limonit menghasilkan produk antara Mixed Nickel-Cobalt Hydroxide Precipitate (MHP) yang apabila diolah lebih lanjut dapat menjadi Nikel sulfat dan Kobalt Sulfat.
Nikel Sulfat bermanfaat sebagai bahan prekursor katoda baterai litium atau baterai kendaraan listrik, sedang Kobalt Sulfat (CoSO4) sebagai material katoda baterai lithium.
HPL menjadi sulur Grup Harita dalam melakukan pengolahan bijih nikel limonit, melengkapi lini usaha pengolahan bijih nikel saprolit yang dilakukan oleh entitas Harita lainnya dalam grup.
Lewat HPL, TBP dan Lygend menggelontorkan investasi US$ 1,1 miliar untuk membangun fasilitas pengolahan limonit dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Sebelumnya, investasi tersebut telah menghasilkan fasilitas pemrosesan limonit menjadi MHP dengan produksi ratusan ribu metrik ton per tahun.
Setelah ekspansi fasilitas HPAL senilai US$ 1,1 miliar PT HPL tuntas, kegiatan pemurnian limonit dalam rantai produksi fasilitas HPAL perusahaan bakal maju selangkah lebih jauh, sebab MHP yang dihasilkan kelak bisa diproses lebih lanjut menjadi produk turunan selanjutnya, yakni Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat.
Menurut pipeline perusahaan, kapasitas produksi terpasang Nikel Sulfat HPL bakal berjumlah 160.000 Nikel Sulfat per tahun pada fase 1 dengan tambahan kapasitas 80.000 Nikel Sulfat per tahun pada fase 2. Sementara itu, kapasitas produksi terpasang Kobal Sulfat HPL bakal berjumlah 30.000 ton per tahun saat beroperasi.
Baca Juga: MIND ID Mengebut Sejumlah Proyek Hilirisasi Anak Usaha
“(Realisasi investasi US$ 1,1 miliar) Nanti saya cek, tapi mestinya sih sudah hampir 100%, karena sudah hampir jadi semua,” tutur Tonny.
TBP optimistis, output Nikel Sulfat dan Kobalt Sulfat yang kelak dihasilkan dapat diserap dengan baik oleh pasar.
“Off taker-nya sudah ada. Saat ini kalau yang baru mau beli itu dari China, tapi kembali lagi, kami open market. Jadi, kami selalu pada penawaran terbaik,” ungkap Tonny.
Menyoal sumber pendanaan ekspansi, Tonny mengonfirmasi bahwa sebagian sumber pendanaan ekspansi proyek HPAL berasal dari utang. Ia mengakui, sebagian dana segar yang diperoleh TBP bakal dialokasikan untuk membayar utang tersebut.