kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Layanan karantina pertanian terganggu, importir buah dan sayuran segar merugi


Rabu, 08 Juli 2020 / 16:34 WIB
Layanan karantina pertanian terganggu, importir buah dan sayuran segar merugi
ILUSTRASI. Importir buah dan sayur segar dalam negeri harus merogoh kocek lebih akibat keterlambatan pengurusan layanan karantina.


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Importir buah dan sayur segar dalam negeri harus merogoh kocek lebih untuk membayar sejumlah komponen biaya akibat keterlambatan pengurusan layanan karantina oleh Badan Karantina Pertanian (Barantan).

Seperti diketahui, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina, Hewan, Ikan, dan Tumbuhan memang mengamanatkan penyelenggaraan karantina terhadap tumbuhan dan produk tumbuhan, hewan dan produk hewan, serta ikan dan produk ikan untuk mencegah penyebaran hama dan penyakit hewan dan ikan serta organisme pengganggu tumbuhan.

Sekretaris Umum Harian Asosiasi Eksportir Importir Buah dan Sayur Segar (Aseibssindo) Hendra Juwono mengatakan, sejumlah kontainer anggota asosiasi telah tiba di  seluruh pelabuhan-pelabuhan masuk barang hortikultura untuk kemudian mendapatkan layanan karantina sejak 3-4 Juli lalu.

Kontainer ini berisi ragam buah-buahan dan sayuran segar seperti jeruk, anggur, apel, lengkeng, batang seledri, jamur dan lain-lain yang dipasok dari sejumlah negara seperti China, Thailand, dan Australia.

Baca Juga: Layanan karantina pertanian ngadat, IPC klaim tak ada masalah bongkar muat pelabuhan

Meski begitu, hingga saat ini kontainer-kontainer yang jumlahnya diperkirakan mencapai 150-300 kontainer tersebut hingga kini masih menumpuk di pelabuhan masuk barang hortikultura dan belum mendapatkan layanan karantina akibat adanya gangguan teknis yang terjadi pada data center Barantan sejak 5 Juli 2020 lalu. Padahal, pada kondisi normal alur pelayanan karantina untuk setiap kontainer hanya memakan waktu 1 hari saja setelah barang tiba di pelabuhan.

“Sampai saat ini masih dalam keadaan down. Tadi pagi kami sudah menghubungi bagian IT Barantan (Badan Karantina Pertanian) untuk komplain lagi dan memohon bantuan agar perbaikan sistemnya dipercepat,” kata Hendra saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (8/7).

Penumpukan barang yang terjadi di pelabuhan masuk barang hortikultura membuat para importir harus merogoh kocek ekstra untuk membayar sejumlah biaya yang musti dibayarkan setiap harinya.

Hendra bilang, importir buah dan sayuran segar perlu mengeluarkan biaya minimal sebesar Rp 2,5 juta per kontainer untuk membayar biaya penumpukan sewa lapangan dan juga biaya listrik untuk kontainer-kontainer berpendingin. Setelah tiga hari, biaya-biaya ini bisa naik sebesar 200%-300% dari semula.

Angka ini juga belum mencakup biaya lain seperti biaya yang dipungut oleh perusahaan pelayaran kepada importir saat kargo masih berada di dalam kontainer atau biasa dikenal dengan istilah biaya demurrage.

“Selain itu juga ada risiko kualiltas dan pembusukan karena buah-buahan dan sayuran segar daya simpannya sangat pendek, antara 1 minggu hingga 6 minggu, tergantung jenis sayurannya,” tambah Hendra.

Baca Juga: Layanan publik Badan Karantina Pertanian (Barantan) mengalami gangguan



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×