kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lemahnya permintaan jadi tantangan terbesar industri semen


Selasa, 08 Oktober 2019 / 20:41 WIB
Lemahnya permintaan jadi tantangan terbesar industri semen
ILUSTRASI. Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat volume penjualan sampai Agustus 2019 ini tercatat 42,03 juta ton atau turun 2,26%.


Reporter: Agung Hidayat, Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku usaha semen tengah menggenjot kinerja bisnisnya sampai akhir tahun ini. Untuk menuai pertumbuhan volume penjualan tampaknya tidak mudah sebab sampai delapan bulan pertama tahun ini penjualan masih menurun.

Berkaca pada laporan Asosiasi Semen Indonesia (ASI), volume penjualan semen sampai Agustus 2019 ini tercatat sebanyak 42,03 juta ton atau turun 2,26% dibandingkan periode sama tahun lalu 43 juta ton. Pulau Jawa sebagai penyumbang terbesar konsumsi semen mencatatkan penurunan 2,8% year on year (yoy) menjadi 23,46 juta ton periode Januari - Agustus 2019.

Baca Juga: Indocement (INTP) masih fokus menyelesaikan agenda ekspansi terkini

Produsen semen seperti PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP, anggota indeks Kompas100) saja yang awalnya menargetkan pertumbuhan kisaran 3%-4% di tahun ini mengaku masih berat untuk meraihnya. Apalagi, penjualan semen INTP di semester I-2019 lalu turun 1,26% (yoy) menjadi 7,9 juta ton. Padahal pada periode yang sama tahun lalu volume penjualan INTP dapat mencapai 8 juta ton.

“Penurunan tersebut sejalan dengan konsumsi semen nasional yang juga turun sebagai konsekuensi berlangsungnya pemilu,” kata Antonius Marcos, Corporate Secretary kepada Kontan.co.id, Selasa (8/10). INTP mengupayakan berbagai cara untuk memaksimalkan penjualan semen di sisa tahun ini.

Selain fokus pada penjualan semen di home market dan meningkatkan promosi semen klinker atau terak, INTP juga fokus pada aspek distribusi seperti optimalisasi pengiriman produk dari terminal-terminal semen.

Menghadapi penurunan ini, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) memasang strategi dengan memperkuat produk inovasi semen. Menurut Agung Wiharto, Direktur SMCB, langkah ini diambil mengingat semen bukanlah barang elastis.

Baca Juga: Indocement (INTP) menyebut target penjualan semen tahun ini sulit tercapai

Dalam artian, permintaan ada karena pasar membutuhkannya bukan karena perusahaan memberikan memberikan promo atau diskon. "Semen itu kebutuhannya benar-benar datang dari masyarakat atau proyek," kata Agung kepada Kontan.co.id, Selasa (8/10).

Dengan berbagai inovasi, diharapkan semen hasil produksi SMCB bisa sesuai dengan kebutuhan pasar terutama proyek-proyek. Agung mencontohkan, belum lama SMCB  dipercaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memasok semen untuk proyek perbaikan jalur busway.

SMCB berinovasi menciptakan semen cepat kering agar pengerjaannya cepat dan layanan busway tidak terganggu. Produk inovasi lainnya, SMCB memiliki jenis semen yang dapat menyerap air. Produk ini lebih banyak digunakan untuk membangun taman, sehingga air tidak menggenang dan tetap dapat diserap tanah.

Lebih lanjut Agung bilang, dengan beragam kebutuhan itu diharapkan membantu penjualan SMCB di tengah lesunya permintaan pasar. Proyek yang dikerjakan pun beragam, seperti jembatan, pemeliharaan, dan taman. Sayangnya, untuk detail kontribusinya manajemen tidak bisa mengungkapkan.

Baca Juga: Permintaan semen lesu, Solusi Bangun Indonesia (SMCB) perkuat inovasi

Untuk volume penjualan sampai September tahun ini, manajemen SMCB belum dapat membeberkannya karena masih menghitung.  Berdasarkan data ASI, sampai Agustus 2019 anak usaha PT Semen Indonesia Tbk (SMGR, anggota indeks Kompas100) ini mencatatkan volume penjualan pasar domestik 6,32 juta ton atau menurun 2,64% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 6,5 juta ton.

Sedangkan untuk perolehan kinerja bisnisnya sampai semester-I 2019 pendapatan bersih SMCB tercatat turun 1,95% year on year (yoy), menjadi Rp 4,51 triliun. Perusahaan ini pun juga masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 539,27 miliar.

Sementara itu produsen semen, PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) mengaku mendapatkan pertumbuhan volume penjualan sampai Agustus 2019 sebesar 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. SMBR menyebut pada bulan Agustus 2019 ini penjualannya pada satu bulan itu saja tercatat  222.097 ton atau tumbuh 10,5% dibandingkan Juli 2019.

Baca Juga: Pasar Kurang Bergairah, SMCB Genjot Inovasi

Dede Parasade, Direktur Pemasaran SMBR sempat mengatakan, kenaikan penjualan ini tidak lepas dari adanya proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah, salah satunya adalah percepatan pembangunan ruas jalan tol yang menghubungkan Sumatra Selatan-Lampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×