Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Tekat manajemen PT Central Omega Resources Tbk fokus mengembangkan bisnis nikel, sudah bulat. Perusahaan ini mengurungkan niat menggarap bijih besi.
Semula Central Omega berupaya mencari sejumlah peluang pengembangan bisnis agar dapur bisa kembali mengepul. Itu adalah strategi mereka agar dapur bisnis yang mandek lantaran tak bisa mengekspor mineral mentah.
Namun hasil feasibility study alias studi kelayakan Central Omega atas sebuah lokasi penambangan menunjukkan, biaya penambangan bijih besi terlampau mahal. Sementara hasil penjualannya tak bisa menutup biaya operasional tersebut.
Walhasil, Central Omega membatalkan rencana itu. "Waktu kami analisis tidak cukup menguntungkan malah kami harus nambah, jadi lebih baik kami fokus saja di nikel," ujar Yohannes Supriady, Sekretaris Perusahaan PT Central Omega Resources Tbk kepada KONTAN, Rabu (31/8).
Namun, dalam bisnis nikel pun Central Omega juga masih berjuang mewujudkan mimpi. Pada semester II-2016 ini, mereka masih membangun pabrik nickel pig iron (NPI) tahap I. Proses konstruksi pabrik sudah sampai 80% dari keseluruhan rencana pembangunan.
Total investasi pabrik tersebut mencapai US$ 190 juta. Paling cepat, Central Omega menargetkan pabrik NPI tahap I beroperasi secara komersial kuartal I-2017. Sementara target paling molor yakni semester I-2017.
Pabrik NPI tahap I tersebut akan memproduksi 100.000 ton NPI per tahun. Kandungan nikel olahan itu meliputi; 10% nikel murni, 89% feronikel dan 1% kandungan lain. Pada tahap awal beroperasi nanti, pabrik NPI tahap I belum akan beroperasi penuh. Paling banyak, pabrik hanya akan memproduksi NPI sebanyak 10%-20% dari total kapasitas terpasang saja.
Bahkan sampai akhir tahun 2017, pabrik hanya akan memproduksi 90% dari kapasitas terpasang. "Nanti pengoperasiannya akan bertahap, tidak bisa langsung kami jalankan mesinnya sampai full, baru pada 2018 dan bisa beroperasi penuh," katanya.
Meskipun pembangunan belum juga rampung, manajemen Central Omega sudah menghitung pendapatan. Perusahaan berkode DKFT di Bursa Efek Indonesia tersebut memperkirakan, pabrik NPI tahap I bisa mendatangkan penjualan Rp 861 miliar. Sementara proyeksi labanya sebesar Rp 120 miliar.
Hanya saja, manajemen Central Omega tak mau membeberkan, calon pembeli NPI tersebut. Mereka cuma mesastikan, sudah mulai menjual produk mulai tahun depan.
Sembari menyelesaikan pembangunan pabrik NPI tahap I, Central Omega merancang pembangunan pabrik NPI tahap II senilai lebih dari US$ 350 juta. Pabrik NPI tahap II akan memiliki kapasitas 300.000 ton per tahun. Target operasional pabrik itu tiga tahun lagi, yakni 2019.
Rencana konstruksi pabrik NPI tahap II menunggu realisasi operasional pabrik NPI tahap I. "Kalau memang tahap I sudah beroperasi tahun 2017 maka kami akan mulai konstruksi pada NPI tahap II pada 2018 nanti," kata Yohanes.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News