kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.953.000   -3.000   -0,15%
  • USD/IDR 16.555   0,00   0,00%
  • IDX 6.868   -58,49   -0,84%
  • KOMPAS100 995   -9,93   -0,99%
  • LQ45 769   -7,59   -0,98%
  • ISSI 219   -1,73   -0,78%
  • IDX30 399   -3,62   -0,90%
  • IDXHIDIV20 470   -4,89   -1,03%
  • IDX80 112   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 115   -0,47   -0,41%
  • IDXQ30 130   -1,36   -1,04%

Logistik Rantai Dingin atau Cold Storage Masih Temui Berbagai Tantangan


Rabu, 07 Mei 2025 / 20:51 WIB
Logistik Rantai Dingin atau Cold Storage Masih Temui Berbagai Tantangan
ILUSTRASI. Pameran International Indonesia Seafood & Meat (IISM) Expo, Indonesia Cold Chain Expo, Warehousing & Storage Handling Expo, dan Indonesia Smart Logistics & Supply Chain Expo di JIExpo Kemayoran, Rabu (7/5) - (KONTAN/Vatrischa Putri)


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perkumpulan Pelaku Logistik Indonesia (PPLI) mengapresiasi kolaborasi sektor swasta dan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan industri rantai dingin berbasis inovasi dan teknologi.

Kepala Bidang Cold Chain PPLI Tejo Mulyono yang juga pelaku logistik rantai dingin mengatakan, saat ini masih banyak tantangan dalam mengembangkan cold chain di Indonesia.  Salah satu masalah utama ialah kondisi geografis Indoneia yang berbentuk kepulauan.

"Tantangan paling berat sebenarnya adalah kita tuh negara kepulauan. Kalau bukan negara kepulauan untuk membangun pembangkit listrik tidak relatif susah," kata Tejo dalam pameran rantai dingin dan logistik yang digelar oleh International Indonesia Seafood & Meat (IISM) Expo, Indonesia Cold Chain Expo, Warehousing & Storage Handling Expo, Jakarta, Rabu (7/5).

Baca Juga: Sektor Industri dan Logistik Jadi Subsektor Minim Resiko Pada 2024

Tantangan lain adalah mengenai kelistrikan. Menurut Tejo, pembangkit listrik di cold storage beberapa lokasi tidak stabil. Sehingga dianggap maih terlalu berat bagi kotainer pendingin.

"Untuk kontainer pendingin itu rata-rata di 380 volt. Kadang di Indonesia Timur, voltasenya itu bisa turun sampai 320-340 volt. Nah kemudian di kapal pengangkut itu bisa sampai 450 volt. Nah ini kontainernya panas dingin jadinya," jelasnya.

Tejo juga berharap pemerintah bisa mempermudah regulasi, dengan cara mengintegrasikan aturan-aturan yang berlaku, sehingga bisa mendorong potensi cold chain di Indonesia makin berkembang.

"Saya berharap kalau bisa semua aturan diintegrasikan. Yang tumpang tinggi disederhanakan. Jadi satu. Kemudian kalau memang itu penting dan menjadi standarisasi," kata Tejo.

Ia menambahkan, secara pengembangan teknologi, Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan kemampuan luar negeri.

Hingga saat ini total jumlah kontainer pendingin yang tersedia di seluruh Indonesia masih kurang dari kebutuhan.

Menurut data Tejo, hingga saat ini kontainer pendingin yang ada di Indonesia hanya berjumlah tidak sampai 8.000 unit. Padahal, jika dilihat dari kebutuhan, bisa lebih dari 10.000 unit.

Baca Juga: Pengusaha Truk Stop Operasi Lebih Awal, Begini Dampaknya bagi Industri Logistik

Oleh sebab, PPLI sedang merangkul beberapa stakeholder untuk diajak mengembangkan ekosistem pengiriman retail untuk cold chain. 

Harapnya, nanti para pelaku bisnis yang ukuran kecil seperti warung, UKM, industri kecil dan menengah untuk kuliner, kemudian warah labah, jaringan restoran, itu semua bisa mengirimkan produk-produknya ke seluruh Indonesia. 

Selanjutnya: Yuk Catat Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini Kamis 8 Mei 2025 ke Stasiun Palur

Menarik Dibaca: Yuk Catat Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini Kamis 8 Mei 2025 ke Stasiun Palur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×