kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masyarakat jangan asal percaya promosi alat penghemat tagihan listrik


Kamis, 16 Agustus 2018 / 13:56 WIB
Masyarakat jangan asal percaya promosi alat penghemat tagihan listrik
ILUSTRASI. ilustrasi energi listrik


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masyarakat diminta tak asal percaya dengan promosi alat yang dapat menghemat tagihan rekening listrik. Pasalnya, klaim tersebut dinilai tak bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

Menurut Kepala Laboratorium Pengukuran Listrik DTE FT-UI, Amien Rahardjo, hasrat masyarakat yang begitu besar terhadap tawaran yang berbau penghematan biaya, menjadi komoditas yang dimanfaatkan untuk mempromosikan alat ini. Padahal, alat tersebut pada intinya hanya berisi komponen listrik kapasitor.

Amien menerangkan, alat yang diklaim sebagai penghemat listrik tersebut sanggup mengkompensir beban listrik induktif yang ada di alat-alat rumah tangga, seperti kulkas, AC, pompa air. 

Dalam instalasi listrik yang bersifat induktif itu, alat tersebut memang dapat memperbaiki faktor daya. Namun, jika tidak, alat ini justru akan memperburuk faktor daya.

Daya reaktif (VAr) dan juga daya semu (VA) memang dapat diturunkan oleh alat ini. Namun, alat ini tidak dapat menurunkan daya aktif (Watt). Artinya, dengan tidak adanya penurunan Watt, maka konsumsi energi aktif (Wh) pun tidak menurun. Sehingga, tidak ada penurunan biaya pemakaian energi listrik (kWh).

"Artinya tidak dapat menurunkan tagihan rekening listrik. Alat ini hanya mengoptimalkan daya yang tersambung pada kita. Penghematan harus memperhatikan pola operasi, seberapa besar, banyak dan lama alat listrik yang dipakai," jelas Amien pada Kamis (16/8).

Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Kelistrikan, Benny Marbun, menyebut bahwa iming-iming penghematan biaya tagihan listrik itu lebih merupakan teknik promosi. Sayangnya, promosi semacam itu bisa saja bekerja di tengah masyarakat yang masih kurang pemahaman terhadap pengetahuan kelistrikan, namun sangat terpikat dengan penghematan biaya.

"Bisa menyesatkan kalau dibilang bisa menghemat biaya tagihan. Karenanya memang harus dijelaskan secara terbuka," imbuh Benny.

Selain alat berbentuk kapasitor itu, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan, Ditjen Ketenagalistrikan ESDM, Jisman Hutajulu mengungkapkan ada juga alat berbentuk smart card yg diklaim tak hanya bisa menghemat listrik, tapi juga bahan bakar minyak dan gas.

Namun, Jisman menyebut, berdasarkan keterangan yang diperolehnya dari Puslitbang PLN, bahwa klaim smart card tersebut tidak terbukti.

Atas klaim penghematan dari sejumlah alat tersebut, Jisman mengklaim, pihaknya telah melakukan penyelidikan. Sayangnya, upaya tersebut masih terkendala, karena dengan pola penjualan semacam Multi Level Marketing (MLM) yang baru bisa ditemui hanya para penjual, yang tak dapat dimintai pertanggungjawaban secara ilmiah.

"Kita sudah ke lapangan, tapi masih susah untuk menemui. Alat seperti ini juga harusnya ada SNI. Tapi belum diatur. Belum ada SNI wajib untuk alat itu," jelasnya.

Amien Rahardjo menegaskan, hingga saat ini, belum ada alat yang bisa menghemat tagihan listrik. Yang ada, adalah teknologi penghematan, misalnya seperti yang ada dalam lampu LED.

"Alat penghemat seperti itu nggak ada. Yang ada teknologi. Seperi LED, misalnya tadinya 100 Watt, sekarang jadi 50 Watt, dengan tingkat penerangan yang sama," jelasnya.

Amien menyebut, cara paling masuk dan akal untuk melakukan penghematan daya dan biaya adalah dengan mengatur pola pemakaian sesaui dengan kebutuhan. Ini lah yang harus dipahami dan dibiasakan oleh masyarakat. "Kalau mau hemat ya gunakan sesuai kebutuhan. Kalau dipakai ya nyalakan, kalau tidak ya matikan, itu saja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×