kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.407.000   24.000   1,01%
  • USD/IDR 16.580   -17,00   -0,10%
  • IDX 8.125   73,58   0,91%
  • KOMPAS100 1.120   14,21   1,28%
  • LQ45 780   7,86   1,02%
  • ISSI 292   2,64   0,91%
  • IDX30 406   2,01   0,50%
  • IDXHIDIV20 454   0,57   0,13%
  • IDX80 123   1,36   1,12%
  • IDXV30 131   1,14   0,88%
  • IDXQ30 128   0,32   0,25%

McKinsey&Co: Konsumen Indonesia makin memperhatikan kesehatan makanan


Kamis, 27 Oktober 2011 / 12:29 WIB
McKinsey&Co: Konsumen Indonesia makin memperhatikan kesehatan makanan
ILUSTRASI. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. ANTARA FOTO/ Reno Esnir/foc.


Reporter: Handoyo | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kesadaran akan kebersihan makanan membuat masyarakat mulai melirik membeli produk-produk yang ditawarkan di pasar modern sejenis minimarket dan supermarket.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh McKinsey & Co 2011 terhadap 5.000 responden di 44 kota, konsumen SES A1 dengan pengeluaran bulanan keluarga di atas Rp 4,5 juta, dan konsumen SES A2 dengan pengeluaran per bulan antara Rp 3 juta-Rp 4,5 juta relatif memiliki kesadaran akan kesehatan dan keamanan makanan.

Pujianto, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), mengatakan, riset tersebut akan membuka wawasan para retailer untuk lebih memperhatikan pentingnya food safety management dalam dunia retail.

"Sebagai salah satu jaringan distribusi dalam penjualan produk khususnya makanan, kita harus menjaga tingkat keamanannya," kata Pudjianto (26/10).

Menurut Pujianto lagi, selama ini tingkat kesadaran terhadap keamanan kualitas makanan masih rendah. Dari jumlah penduduk saat ini, hanya 20% atau sekitar 50 juta orang yang menyadari pentingnya keamanan kualitas makanan. Ia mencontohkan, jika terdapat produk makanan seperti sayur non pestisida yang dijual oleh para retailer, seharusnya dilakukan pengecekan, sehingga konsumen tidak dirugikan.

Hendri Hendarta, Senior Manager, Yogya Group, menambahkan, paling tidak produk tersebut memiliki izin edar. "Sebagai bentuk pengawasan, retailer juga wajib melakukan kunjungan ke perusahaan produsen," kata Hendarta (26/10).

Penanganan masalah keamanan makanan mencakup keseluruhan rantai pasokan dari hulu ke hilir, mulai dari petani hingga ke proses produksi atau pengolahan. Untuk lebih meningkatkan kualitas bagi pengusaha retail, APRINDO akan membuat sebuah award terkait dengan keamanan makanan. "Dengan begitu kesadaran merek masyarakat juga akan naik," ujar Pudjiyanto.

Pudjianto bilang, pertumbuhan retail nasional per tahun mencapai double digit, didorong oleh pertumbuhan mini market. Dari total pasar di Indonesia, 63% merupakan pasar tradisional, sedangkan sebesar 37% adalah pasar modern.

Pada 3-5 tahun mendatang, industri retail akan menjadi tulang punggung ekonomi nasional. Pasar retail juga menurut Pudjianto tidak akan mati, namun akan berevolusi mengikuti perkembangan konsumen.

Sebagai catatan saja, jumlah anggota perusahaan retail yang tergabung dalam APRINDO berjumlah 500 perusahaan dengan nilai pendapatan Rp 120 triliun per tahun atau tumbuh 20% dari tahun lalu sebesar Rp 100 triliun.

Pada Maret tahun ini, APRINDO mencatat sudah ada 13.000 gerai di seluruh cabang Indonesia. Tahun ini, jumlah gerai akan ditambah 3.000. Jadi total gerai retail Aprindo ditargetkan dapat mencapai 16.000 gerai untuk tahun ini.




Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×