kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menaikkan daya saing pelabuhan melalui pemanfaatan teknologi informasi


Minggu, 19 September 2021 / 19:51 WIB
Menaikkan daya saing pelabuhan melalui pemanfaatan teknologi informasi
ILUSTRASI. Kesadaran atas pentingnya pemanfaatan teknologi informasi untuk meningkatkan daya saing turut menyentuh bisnis pelabuhan di Indonesia.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat

Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Yukki Nugrahawan Hanafi menilai, implementasi NLE di sejumlah pelabuhan dan sektor bisnis terkait lainnya memang memudahkan aktivitas logistik. 

Ia mencontohkan, sebelumnya, jika pemilik kargo ingin mengurus dokumen DO ke 11 perusahaan pelayaran, maka perusahaan tersebut perlu masuk ke 11 situs yang berbeda dan datang langsung ke kantor perusahaan pelayaran dengan membawa dokumen fisik.

Akan tetapi, kini pemilik kargo cukup masuk ke NLE untuk dapat terhubung ke semua perusahaan pelayaran dan mengirim dokumennya secara  online. "Tentu hal tersebut menjadi suatu kemudahan karena menghemat waktu, energi, serta biaya," ucap Yukki  saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (19/9).

Yukki mengingatkan, pelabuhan memang menjadi titik awal penerapan NLE ini. Akan tetapi, sebenarnya NLE dikembangkan untuk mengakomodasi seluruh rantai pasokan dalam distribusi barang, termasuk bandara, perusahaan truk, pemilik kargo, perusahaan pelayaran, pergudangan, hingga 16 kementerian dan lembaga yang bersangkutan.

Baca Juga: IPCC harap bisa kelola Pelabuhan Patimban usai integrasi Pelindo

Yukki menambahkan, implementasi NLE saat ini masih dalam tahap awal apabila melihat  roadmap pengembangan yang dirancang hingga tahun 2024. Pasalnya, belum semua perusahaan dan lembaga yang berada di ekosistem logistik tergabung dalam NLE sehingga masih ada yang terpencar. 

"Sekarang baru 20% dari cita-cita besar pemerintah beserta asosiasi terkait terhadap rencana pengembangan LNE ini. Jadi, memang belum maksimal," ungkap Yukki. Oleh karena itu, ia berharap, rencana penggabungan Pelindo I-Pelindo IV dapat mendorong  pengembangan NLE sehingga  mempercepat integrasi sistem logistik dari hulu ke hilir.

Sebagaimana diketahui, pada awal Oktober 2021 pemerintah berencana mengintegrasikan Pelindo I sampai dengan Pelindo IV. PT Pelindo II (Persero) akan bertindak sebagai  surviving entity atau perusahaan penerima penggabungan. Setelah  merger, nama perusahaan akan berubah menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

Ali juga menyampaikan,  merger Pelindo akan memberikan nilai tambah berupa standardisasi pada prosedur operasional dan sistem pelayanan. Mengingat, pola operasi terminal dan pelabuhan yang dikelola keempat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pelabuhan di Indonesia masih sangat beragam dan belum terstandard. "Standardisasi ini diharapkan dapat meningkatkan level pelayanan kepada pengguna jasa serta terwujudnya efisiensi yang pada akhirnya dapat menekan biaya logistik nasional secara bertahap," ungkap Ali.

Platform digital

Tak berpuas diri dengan penerapan NLE di semua TPK internasionalnya, Pelindo II saat ini juga sedang mengembangkan  platform digital untuk mempermudah pengguna jasa kepelabuhanan dalam bertransaksi. Salah satunya adalah  platform i-Hub yang juga terintegrasi dengan NLE.

Platform yang dikemas dalam bentuk aplikasi  web dan  mobile ini dapat digunakan untuk mengajukan pelayanan, pengontrolan, dan pemantauan aktivitas logistik dalam proses  inbound dan  outbound secara  real time dan menyeluruh.  

Semua pengurusan dokumen dan proses pembayaran juga dapat dilakukan secara online dan real time pada platform tersebut.  Proses ini memudahkan pengguna jasa karena tidak perlu lagi datang ke terminal atau pelabuhan, cukup dari rumah atau kantornya saja.

Menurut Ali, pengembangan i-Hub sudah memasuki fase Minimum Viable Product ( MVP) di beberapa pelanggan terpilih di Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung. Harapannya, ketika sudah memasuki fase final, i-Hub dapat diterapkan secara bertahap di semua pelabuhan di lingkungan Pelindo. Sementara saat merger sudah terlaksana, platform ini berpotensi diterapkan di seluruh pelabuhan Pelindo di Indonesia.

Baru-baru ini, untuk pertama kalinya, Pelindo II juga meluncurkan program Single Truck Identification (STID) di Pelabuhan Tanjung Priok. Program yang terintegrasi dengan layanan operasi terminal, asosiasi perusahaan truk, dan pemangku kepentingan lainnya bertujuan untuk menata dan mengidentifikasi semua truk yang ada di lingkungan pelabuhan.

Pasalnya, kartu identitas dalam STID ini dapat dibaca secara elektronik dan digunakan untuk bertransaksi masuk dan keluar  di semua terminal di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok maupun di jalan tol.  

Sebelum penerapan STID, masing-masing terminal mengidentifikasi truk yang masuk secara sendiri-sendiri sehingga ketika diintegrasikan akan  mengalami kesulitan. Dari sisi perusahaan truk juga harus melakukan pendaftaran ke masing-masing terminal dan harus membawa banyak kartu  untuk bertransaksi.

Menurut Ali, STID yang diterapkan di Pelabuhan Tanjung Priok merupakan acuan implementasi yang sangat mungkin untuk diterapkan di semua pelabuhan di Indonesia. "Dengan menggunakan single database yang tersentralisasi dan terhubung ke semua terminal melalui API, implementasi STID ke pelabuhan lainnya akan dapat dilakukan dengan cepat dan real time," kata Ali.

Melihat berbagai inovasi tersebut, pemanfaatan teknologi informasi memang menjadi hal yang tengah digencarkan oleh para BUMN pengelola pelabuhan. Tujuan utamanya adalah untuk mempermudah dan mempercepat aktivitas logistik dari dan menuju pelabuhan, serta meningkatkan pelayanan bagi para pengguna jasa di seluruh pelabuhan di Indonesia.

Baca Juga: Pelindo merger pada akhir 2021, IPCC harap bisa kelola Pelabuhan Patimban

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×