kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menengok PLTP Lahendong yang pasok 21,33% listrik di Sulawesi Utara Gorontalo


Jumat, 13 Maret 2020 / 18:00 WIB
Menengok PLTP Lahendong yang pasok 21,33% listrik di Sulawesi Utara Gorontalo


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - TOMOHON. PT Pertamina Geothermal Energy yang kini mengoperasikan enam unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menyumbangkan 21,33% bagi kebutuhan sistem kelistrikan Sulawesi Utara Gorontalo (Sulutgo).

General Manager PGE Area Lahendong Salvius Patangke bilang total daya mampu pasok sistem Sulutgo saat ini berada pada besaran 562 MegaWatt (MW).

"Per Februari 2020, sumbangsih PGE sekitar 21,33% atau setara 120 MW," ungkap Salvius ditemui di kantornya, Jumat (13/3).

Salvius melanjutkan Wilayah Kerja Panas Bumi Lahendong saat ini memiliki 53 sumur produksi dari 6 unit yang dioperasikan.

Baca Juga: PLN bisa hemat ratusan miliar tiap tahun dari PLTP Sorik Marapi

PLTP Unit 1 hingga Unit 4 memiliki total 39 sumur dengan rincian 14 sumur produksi, 6 sumur reinjeksi dan 19 sumur monitor. Sementara PLTP Unit 5 dan Unit 6 memiliki 14 sumur dengan rincian 5 sumur produksi, 4 sumur reinjeksi dan 5 sumur monitor.

Salvius menuturkan, PLTP Lahendong dimulai dengan beroperasi PLTP Unit 1 sejak tahun 2001 dan terus bertambah hingga akhirnya kini terdiri dari 6 unit.

"Unit 1 sampai unit 4 dimiliki dan dioperasikan oleh PLN, Pertamina berkewajiban memenuhi pasokan uap untuk pembangkitan berkapasitas 4X20 MW," jelas Salvius.

Sementara itu, Unit 5 dan Unit 6 dimiliki dan dioperasikan oleh Pertamina dengan total kapasitas sebesar 2X20 MW.

Ia menambahkan, hingga awal tahun ini kinerja produksi area Lahendong menunjukkan indikasi yang baik. Kendati demikian, ia mengakui pada tahun 2019 lalu produksi hanya mencapai 94% dari target.

"Bukan karena ketidaksanggupan area Lahendong tetapi akibat pengaturan beban oleh PLN. Selain itu, waktu pemeliharaan rutin tahunan memakan waktu yang lebih lama sehingga produksi berkurang," jelas Salvius.

Ia memastikan, target produksi di 2020 dapat tercapai seiring rencana persiapan produksi sejumlah sumur.

Salvius melanjutkan, sejumlah kendala kerap ditemui dalam upaya pengembangan panas bumi area Lahendong seperti topografi.

Baca Juga: PLTP Muara Laboh Tahap I terangi 340.000 rumah dan serap 1.800 tenaga kerja

"Sumur-sumur reinjeksi berada jauh dan memiliki elevasi yang lebih tinggi daripada sumur produksi. Lalu masalah dalam lubang sumur produksi yang berpengaruh pada laju air uap yang mengarah ke PLTP," terang Salvius.

Ia mengungkapkan, ada sejumlah langka yang dioptimalkan demi mengatasi kendala tersebut, antara lain pengeboran make up, kerja ulang sumur dan hole cleaning.

Disisi lain, Kepala Subdit Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi, Direktorat Panas Bumi, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM Budi Herdiyanto menuturkan, pemerintah mengambil sejumlah langkah demi mengembangkan panas bumi.

"Ada sejumlah upaya terobosan yang dilakukan seperti pengembangan panas bumi di wilayah timur, penugasan kepada BUMN, penyederhanaan perizinan serta penugasan survei pendahuluan dan eksplorasi," jelas Budi dalam kesempatan yang sama.

Budi melanjutkan, akses lahan, insentif dan pendanaan kerap menjadi hambatan dalam mengembangkan panas bumi.

Untuk itu, sejumlah kendala yang ada akan masuk dalam fokus pemerintah hingga 2024 mendatang.

Berkaitan dengan akses lahan, Kementerian ESDM akan melakukan kordinasi dengan Lembaga serta Kementerian terkait seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan termasuk dalam penyederhanaan perizinan untuk penggunaan kawasan hutan untuk sektor panas bumi.

Selain itu, pemerintah juga mengkaji kemungkinan pengeboran awal oleh pemerintah demi meminimalisir resiko kegagalan dalam pengeboran eksplorasi.

"Ada juga efisiensi biaya pengembangan proyek melalui strategi pengembangan proyek bertahap dan memfasilitasi akses pendanaan proyek," ungkap Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×