Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Ia pun menekankan, untuk menjalankan kegiatan eksplorasi cadangan minyak yang agresif, dibutuhkan insentif dari pemerintah. Tak hanya sekadar peningkatan target nilai investasi di sektor hulu migas, namun juga dalam bentuk regulasi yang memudahkan proses investasi itu sendiri.
“Tentu saja mesti diberlakukan fair reward dan punishment untuk menjaga keseimbangan bisnis migas,” tambah dia.
Direktur Utama Pertamina EP Nanang Abdul Manaf berkomentar, minimnya cadangan minyak di Indonesia merupakan alarm bagi seluruh pelaku usaha migas. Apalagi, hal ini berkaitan dengan ketahanan energi nasional.
Setali tiga uang, Nanang mengaku, dibutuhkan banyak investor besar untuk bisa mendorong perusahaan-perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) mencari cadangan minyak baru yang signifikan.
“Sekelas lapangan Banyu Urip yang bisa produksi migas di atas 200.000 bopd saja sekarang areanya makin sulit, berisiko, dan butuh investasi mahal,” ungkap dia, akhir pekan lalu.
Baca Juga: Pertamina EP: Koreksi harga minyak akibat virus corona bisa pengaruhi pendapatan
Terlepas dari itu, Nanang memastikan pihak Pertamina EP akan terus melakukan kegiatan eksplorasi guna mencari cadangan migas baru. Terlebih, di tahun ini Pertamina EP menargetkan pengeboran 108 sumur pengembangan dan 10 sumur eksplorasi.
Catatan Kontan, Pertamina EP memiliki beberapa strategi untuk mencari cadangan minyak baru. Di antaranya adalah mencoba konsep baru di mature area, evaluasi pengeboran, meningkatkan rasio kesuksesan eksplorasi, serta memaksimalkan clustering eksplorasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News