kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45933,03   5,39   0.58%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menurut Colliers, Ini Ragam Motif Konglomerat Indonesia Berbisnis Hotel


Jumat, 11 Februari 2022 / 16:10 WIB
Menurut Colliers, Ini Ragam Motif Konglomerat Indonesia Berbisnis Hotel
ILUSTRASI. Ilustrasi hotel. REUTERS/Stefan Wermuth


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ramainya konglomerat mengembangkan bisnisnya di sektor perhotelan di Indonesia diwarnai oleh beragam motif atau alasan. Adapun menurut proyeksi Colliers Indonesia, ketika pandemi selesai, kepemilikan hotel oleh konglomerat akan semakin banyak dibandingkan sebelumnya. 

Director of Hospitality Services Colliers Indonesia, Satria Wei mengungkapkan ada tiga motif konglomerat membangun hotel. Yang pertama untuk status atau karena melihat konglomerat yang lain berbisnis hotel. Kedua, untuk berusaha atau berbisnis dalam hal ini untuk mendapatkan pendapatan dari operasional hotel secara langsung. Motif ketiga ialah untuk peningkatan value dari perusahaan (Financial Game). 

"Namun perlu diingat, bisnis hotel tidak semuanya dapat memberikan keuntungan yang besar dalam waktu singkat. Bisnis hotel adalah bisnis jangka panjang, di mana semua pengusaha tahu bahwa ROI (Return of Investment) dari sebuah bisnis hotel yang normatif tidaklah cepat," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/2). 

Yang membuat bisnis ini seksi dalam konteks sebelum pandemi adalah valuasi dari lahan yang dipergunakan oleh hotel dan sekitarnya. Satria menjelaskan value atau harga lahan di area tersebut akan meningkat secara signifikan dan dalam waktu yang cepat jika dibandingkan lahan tersebut ditidurkan.

Baca Juga: Red Planet Holdings Lepas Kepemilikan Saham, PSKT: Tetap Jalankan Bisnis Perhotelan

Selama Pandemi Covid-19 berlangsung, salah satu industri yang terguncang hebat adalah sektor pariwisata. Melesunya sektor ini berdampak langsung pada industri perhotelan.  

Satria bilang, bisnis perhotelan terdampak sangat berat saat pandemi terutama pada cadangan nafas atau reserve cash flow sebuah hotel yang biasanya dicadangkan untuk 6 bulan ke depan. Oleh sebab itu, karena pandemi ini telah berlangsung lebih dari jangka waktu tersebut, maka cash flow dari hotel pasti akan terganggu. Pada akhirnya dapat  mengganggu cadangan arus kas dari pemilik karena harus memperhatikan keberlangsungan properti tersebut. 

Namun demikian, Satria melihat, justru masa pandemi merupakan golden period di mana semua hotel dihadapkan dengan situasi untuk bertahan hidup, dengan sangat terbatasnya tamu atau pendapatan. Menurut pengamatannya, hotel bisnis menjadi semakin tangguh dan dapat memanfaatkan situasi yang kurang baik. 

Satria menjelaskan, ada hotel yang secara demografis memiliki tingkat keuntungan lebih tinggi di banding yang lain, seperti Bodetabek, Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Selain keuntungan karena Jalan Tol yang sudah terkoneksi baik, kebutuhan berwisata untuk tamu lokal dengan jarak yang mudah di tempuh sangat diminati. 

"Inilah mengapa dari pertengahan kuartal pertama di tahun 2021 (sebelum 3rd Wave of Delta) pun, hotel dan resort di Bogor dan Puncak meningkat tingkat hunian dan harganya," ujarnya. 

Baca Juga: Eastparc Hotel (EAST) Targetkan Laba Bersih hingga Rp 25 Miliar pada Tahun Ini

Lantas, setelah pandemi Covid-19, Satria melihat bisnis konglomerat di sektor perhotelan akan semakin menjamur karena jika bisnis ini diolah secara tepat, prospeknya masih menarik untuk diinvestasikan. 

Satria mengatakan, untuk Konglomerasi, momen saat ini  sangat tepat untuk membeli hotel dengan harga yang masuk akal, untuk digabungkan dengan portofolio perusahaan yang telah ada. 




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×