kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45897,60   5,02   0.56%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski ada proyek kilang, Aspermigas prediksi Indonesia kembali impor BBM di 2030


Minggu, 28 Juni 2020 / 15:32 WIB
Meski ada proyek kilang, Aspermigas prediksi Indonesia kembali impor BBM di 2030
ILUSTRASI. Suasana kawasan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (Aspermigas) memproyeksikan impor Bahan Bakar Minyak (BBM) akan kembali terjadi memasuki tahun 2030 mendatang meski saat ini sejumlah proyek kilang tengah digarap.

Seperti diketahui, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan lewat enam proyek kilang yang tengah digarap Pertamina, maka pada 2026 nanti Indonesia tak akan lagi melakukan impor produk BBM.

Saat ini, Indonesia tercatat masih mengimpor produk BBM sekitar 400.000 barel per hari (bph).

Baca Juga: Indonesia masih impor BBM 400.000 bph, Kementerian ESDM: Tahun 2026 berhenti

Sayangnya, hitungan berbeda disampaikan oleh Aspermigas yang memprediksi penghentian impor BBM baru mungkin tercapai pada 2028 nanti.

"Dengan rencana penyelesaian kilang oleh Pertamina, kami sudah analisis situasi rampungnya kilang terhadap impor, Indonesia masih akan impor hingga 2028," ujar John dalam diskusi virtual, Sabtu (27/6).

Dia menambahkan, sejauh ini belum ada lagi pembahasan ataupun rencana pembangunan kilang pasca 2028, dengan demikian seiring peningkatan konsumsi maka pada 2030 nanti Indonesia akan kembali melakukan impor BBM.

Merujuk data Aspermigas, jika dirinci pada 2028 nanti ada penambahan kapasitas 997.000 bph dari kilang Pertamina serta 270.000 bph dari kilang swasta.

Sementara itu, terjadi peningkatan konsumsi produk BBM tahunan yang mencapai 3% per tahun maka kebutuhan dalam negeri dinilai tidak akan terpenuhi.

Sementara itu, CEO Refinery & Petrochemical Subholding (PT Kilang Pertamina Internasional) Ignatius Tallulembang menjelaskan kebutuhan akan energi fosil diprediksi masih akan terus berlanjut hingga 2030 an mendatang.

"Di 2016 hingga 2018 kebutuhan BBM kita 1,3 juta bph. Kilang (saat itu) hanya bisa mengolah 650.000 hingga 700.000 bph, artinya masih ada kebutuhan impor 40%," pungkas Ignatius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×