kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.924.000   5.000   0,26%
  • USD/IDR 16.270   34,00   0,21%
  • IDX 7.097   49,71   0,71%
  • KOMPAS100 1.026   -3,02   -0,29%
  • LQ45 777   -8,81   -1,12%
  • ISSI 234   3,28   1,42%
  • IDX30 401   -4,82   -1,19%
  • IDXHIDIV20 462   -8,51   -1,81%
  • IDX80 115   -0,50   -0,43%
  • IDXV30 117   -0,60   -0,51%
  • IDXQ30 129   -2,45   -1,87%

Minat Rumah Subsidi Masih Tinggi, Tapi Tantangan Belum Reda


Senin, 14 Juli 2025 / 14:39 WIB
Minat Rumah Subsidi Masih Tinggi, Tapi Tantangan Belum Reda
ILUSTRASI. PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk (GRIA), pengembang properti khususnya hunian bersubsidi. Permintaan terhadap rumah subsidi terus meningkat setiap tahun, pengembang masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menyediakan hunian terjangkau


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Meski permintaan terhadap rumah subsidi terus meningkat setiap tahun, pengembang masih menghadapi sejumlah tantangan dalam menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).

PT Ingria Pratama Capitalindo Tbk. (GRIA), salah satu pengembang rumah subsidi, menilai pada dasarnya minat terhadap hunian tapak masih sangat tinggi. Apalagi, di wilayah penyangga kota besar yang harga lahannya relatif masih terjangkau.

“Tingginya minat ini terlihat dari serapan kuota FLPP (Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan) yang cepat setiap tahun,” ujar Direktur Utama GRIAA Khufran Hakim Noor kepada Kontan, Sabtu (12/7). 

Untuk diketahui, pada 2024 pemerintah menetapkan kuota FLPP sebanyak 166.000 unit, yang seluruhnya terserap hanya dalam waktu delapan bulan sehingga kuota kemudian ditambah menjadi 200.000 unit. Dus pada 2025, pemerintah menaikkan kuota menjadi 350.000 unit.

Baca Juga: Rumah Subsidi Batal Diperkecil, Pengembang: Keputusan Tepat

Namun di balik tingginya permintaan, Khufran menilai tantangan di lapangan masih cukup besar. Salah satunya adalah soal penyesuaian harga jual rumah subsidi yang terus terdampak oleh inflasi dan kenaikan harga material bangunan. Khufran menyoroti harga rumah subsidi yang naik dari Rp 145 juta pada 2021 menjadi Rp 166 juta pada 2024. 

“Ini menjadi salah satu tantangan yang perlu diperhatikan,” sebut Khufran.

Tantangan lainnya terkait perubahan kebijakan, baik di tingkat pusat maupun daerah, yang kerap memengaruhi proses perizinan dan teknis pembangunan. 

Namun yang paling penting, lanjut Khufran, adalah soal ketidakpastian kuota subsidi dalam jangka menengah. Menurutnya, ini turut menyulitkan pengembang dalam merancang perencanaan proyek yang berkelanjutan.

“Kepastian kuota untuk tiga sampai lima tahun ke depan sangat dibutuhkan agar pengembang bisa menyusun strategi dengan lebih matang,” ungkapnya.

Khufran menegaskan, kolaborasi erat antara pemerintah dan pelaku usaha masih menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan program rumah subsidi di tengah tekanan pasar. 

Baca Juga: Cabut Ide Rumah Subsidi Diperkecil Jadi 18 m2, Maruarar: Saya Mohon Maaf

Selanjutnya: Daftar Skuad Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF U-23, Robi Darwis Minta Dukungan

Menarik Dibaca: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×