Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
Dengan Kepmen ESDM 187K/10/MEM/2019 sebelum diubah, kata Fahmy, harga BBM di Indonesia sempat bisa diturunkan hingga dua kali, pada Januari 2020 padahal harga minyak dunia saat itu masih bertengger di atas US$ 60 per barrel.
"Sekarang harga minyak cenderung turun drastis hingga rata-rata di bawah US$ 20 per barrel, mengapa harga BBM tidak kunjung turun?" kata Fahmy dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kontan.co.id, Kamis (23/4).
Baca Juga: Skenario harga baru BBM versi praktisi dan pengamat, ini besaran penurunannya
Fahmy menyebut, berdasarkan formula Kempen No.62K/MEM/2020, paling tidak ada dua kemugkinan penyebabnya. Yakni penaikkan konstanta dan penetapan harga Means of Platts Singapore (MOPS) yang tidak sesuai dengan harga minyak dunia.
Fahmy, yang juga merupakan mantan Anggota Anti Mafia Migas, mengatakan bahwa ada indikasi bahwa Mafia Migas selain bermain dalam peningkatan volume impor BBM, juga bermain dalam penetapan MOPS.
Bahkan, katanya, tidak mustahil ikut pula bermain dalam keputusan penaikkan konstanta dalam formula penetapan harga BBM.
"Kendati Petral, yang selama ini dikenal sebagai markas Mafia Migas, sudah dibubarkan, Mafia Migas sesungguhnya masih saja berkeliaran. Kalau indikasi itu benar, tidak berlebihan dikatakan Mafia Migas di balik keputusan tidak menurunkan harga BBM di tengah anjloknya harga minyak dunia," sebut Fahmy.
Oleh sebab itu, Fahmy mendesak Menteri ESDM Arifin Tasrif segera mengambil langkah-langkah konstruktif untuk menurunkan harga BBM dalam waktu dekat ini.