Reporter: Asnil Bambani Amri, Jane Aprilyani | Editor: Noverius Laoli
Meski tak signifikan, namun pendapatan dari bisnis PCR ikut membantu kinerja Prodia tahun lalu dengan jumlah tes 19,6 juta. Angkanya naik jika dibandingkan layanan PCR tahun 2020 yang masih 14 juta.
Perlu diketahui, bisnis PCR dan antigen terbilang bisnis menggiurkan. Jika merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), impor alat PCR dan antigen yang mendapat insentif cukai, bea masuk, dan pajak mencapai ratusan juta dollar per tahun (lihat tabel). Tahun 2021 lalu, impor alat PCR dan antigen mencapai US$ 722,8 juta.
Butuh regulasi
Walaupun ada pelonggaran wajib tes usap PCR dan antigen, namun banyak orang masih membutuhkannya. Mereka kini mulai melakukannya secara mandiri dengan alat tes usap Covid-19 yang semakin terjangkau. Namun sayang, tak banyak yang paham aturan penggunaan dan perdagangan alat tes usap tersebut.
Baca Juga: Vaksin Booster Jadi Syarat Mudik, Pengamat: Belum Tentu Efektif
Jika merujuk aturan, produk dan peralatan kesehatan itu harus memiliki izin edar dari Kementerian Kesehatan. "Begitu juga dengan penjual, wajib memiliki izin sebagai pedagang alat kesehatan," kata Randy.
Dari sisi pemakaian juga begitu, tak banyak yang paham menggunakan alat tes usap itu. Maka Randy mengusulkan agar pemerintah membuat aturan khusus terkait dengan peredaran alat-alat tes cepat Covid-19.
Kekhawatiran Randy juga disampaikan oleh Lia. Penggunaan dari alat tes cepat Covid-19 itu butuh keahlian khusus agar hasilnya sesuai dengan kondisi tubuh. Selain tata cara penggunaan, Lia juga menyoroti pengelolaan sampah lat tes usap Covid-19 itu. "
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News