Reporter: Muhammad Julian | Editor: Noverius Laoli
Lebih lanjut, Stephen berujar pertumbuhan laba bersih juga didorong oleh upaya perseroan untuk memangkas beban biaya yang ada. “Kami menjaga production excellence di pabrik serta mempertahankan biaya produksi yang relatif stabil,” jelas Stephen kepada Kontan.co.id (04/03).
Mengutip laporan tahunan Nippon Indosari Corpindo, beberapa beban biaya sebenarnya terpantau masih mengalami kenaikan. Namun demikian, kenaikan yang terjadi pada beberapa pos beban relatif lebih kecil apabila dibandingkan kenaikan pada penjualan bersih.
Baca Juga: IHSG naik tipis 0,11%, asing net sell saham-saham ini
Beban pokok penjualan misalnya, tercatat naik sekitar 16,73% yoy dari yang semula sebesar Rp 1,27 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 1,48 triliun di tahun 2019. Begitu pula dengan beban usaha, beban usaha perseroan di sepanjang tahun 2019 hanya naik sekitar 14,94% yoy dari yang semula sebesar Rp 1,35 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 1,55 triliun di tahun 2019 lalu.
Di sisi lain, penghasilan operasi lainnya atawa other operating income perseroan tercatat mengalami kenaikan sekitar 19,40% yoy dari Rp 58,01 miliar di tahun 2019 menjadi Rp 69,27 miliar pada tahun 2019. Penghasilan ini diperoleh dari penjualan barang usang atawa scrap sales.
Baca Juga: Nippon Indosari (Sari Roti) Siap Menjalankan Pabrik Baru di Banjarmasin dan Pekanbaru
Pada saat yang bersamaan, biaya keuangan juga tercatat mengalami penurunan sekitar 19,38% yoy menjadi Rp 66,29 miliar di tahun 2019. Sebelumnya biaya keuangan perseroan mencapai Rp 82,23 miliar di tahun 2018.
Alhasil, laba bersih perseroan melesat 74,30% yoy menjadi Rp 301 miliar di sepanjang tahun 2019 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News