kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Operator harapkan insentif untuk bangun infrastruktur 5G


Rabu, 27 November 2019 / 17:56 WIB
Operator harapkan insentif untuk bangun infrastruktur 5G
ILUSTRASI. Teknisi XL Axiata melakukan pemeliharaan perangkat BTS (Base Transceiver Station) di lokasi tower di Nawangkewa, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (27/10/2019). Layanan data XL Axiata sudah bisa dinikmati oleh masyarakat di 22 Kabupaten/K


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemajuan teknologi dan adopsi digital di Indonesia akan menciptakan peluang yang semakin besar dalam beberapa tahun ke depan, terutama memasuki era Revolusi Industri 4.0. Salah satunya masuknya teknologi 5G.

Dalam studinya, AT Kearney menyebutkan bahwa di Asia Tenggara teknologi 5G akan memberikan dampak positif bagi bisnis operator. Tak hanya operator teknologi tersebut diperkirakan dapat menambah 6% - 9% pada pendapatan konsumen dan 18% - 22% pada pendapatan perusahaan pada tahun 2025.

Baca Juga: Bidik laba Rp 250 miliar tahun depan, begini langkah MRT Jakarta

Indonesia diperkirakan akan meraih bagian terbesar, diikuti oleh Malaysia, Singapura, dan Thailand. Untuk memberikan nilai itu, operator kemungkinan akan menuangkan sekitar US$ 10 miliar ke infrastruktur 5G di wilayah ini pada tahun 2025.

Berdasarkan nilai investasi yang sangat tinggi, operator berharap pemerintah memberikan insentif untuk membantu operator dalam membangun jaringan 5G. Adapun para operator melihat pihaknya telah siap mengadaptasi teknologi tersebut.

“Kami di asosiasi mengharapkan adanya keringanan. Pada tahap awal pengembangan misalnya kami diberikan BHP Holiday di 3 tahun pertama implementasi, sehingga kami terbantu membangunnya,” ujar Ririek Adriansyah, Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) di Jakarta, Rabu (27/11).

Baca Juga: Catat, Februari tahun depan ada sensus penduduk dan berlangsung secara online

Demi mempercepat proses pembangunan jaringan 5G, Ririek juga menilai pemerintah perlu melakukan sinkronisasi regulasi Pusat dan Daerah. Menurutnya, operator sudah melakukan trial 5G sampai dengan tahun depan sehingga tender spektrum bisa dilakukan 2021 dan bisa segera memulai pembangunannya.

ATSI berharap, Indonesia tidak kehilangan momentum memanfaatkan 5G sehingga keinginan pemerintah melakukan revolusi industri 4.0 bisa terbantu dengan teknologi.

Iskriono Windiarjanto, Direktur Network Telkomsel menambahkan dengan semakin rendahnya biaya yang dikeluarkan operator untuk menyediakan jaringan 5G maka layanan yang diberikan ke pelanggan bisa lebih terjangkau.

Baca Juga: Genjot pendapatan non tiket, MRT Jakarta bakal jual 7 naming right

“Oleh karena itu spektrum jangan mahal-mahal. Teknologi ini kan yang membuat lumayan mahal karena barang baru. Nanti kalau demand dan supply sudah berimbang, baru akan bisa kompetitif,” jelasnya.

Pihaknya menegaskan tidak akan melewatkan kesempatan untuk menjadi operator 5G pertama di Indonesia demi mempertahankan penguasaan pangsa pasar selulernya di Indonesia. Ia menilai dengan masuk lebih dulu paling tidak 35% - 40% marketshare berada dalam genggaman.

Sementara, Arief Musta’in, Director & Chief Innovation & Regulatory Officer Indosat Ooredoo berpandangan masuknya 5G ke Indonesia berpotensi mengubah struktur industri telekomunikasi di negara ini.

Hal tersebut tak lepas dari tingginya biaya membangun jaringan infrastruktur yang dibutuhkan sehingga investor atau pemain baru akan bermunculan dan skema kolaborasi antara pemain akan terjadi.

Baca Juga: IHSG turun 0,05% ke 6.023 di akhir perdagangan Rabu (27/11)

“Oleh sebab itu beberapa perusahaan di luar negeri bergabung untuk mengembangkan 5G ini agar infrastrukturnya bisa lebih ekonomis dengan cara sharing. Ketika spectrum mahal, investasinya mahal, maka operator akan berpikir bagaimana return of investment-nya, dan solusinya adalah sharing,” ujarnya. 

Chief Enterprise & SME Officer XL Axiata, Feby Sallyanto menyebutkan bahwa perusahaannya sudah siap untuk menyediakan layanan 5G. Namun diperlukan solusi win-win dari regulator agar biaya pembangunan jaringan bisa dikolaborasikan.

“XL Axiata siap masuk ke 5G dengan seleksi beberapa pasar yang cocok dan pas untuk penggunaan 5G ini. Kami berharap banyak pada regulator, karena semua operator ini tidak bisa pada tahap awal sudah memiliki business case yang mumpuni. Sehingga perlu dukungan pemerintah, dan win-win bagi semua pihak agar transisi 4G ke 5G bisa berjalan lancar,” paparnya.

Baca Juga: Envy Technologies (ENVY) bidik proyek senilai Rp 1,25 triliun
 
Ia menyebutkan dalam uji coba 5G yang dilakukan pihaknya di Surabaya bersama dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), ditemukan bahwa pemakaian frekuensi 5G yang tinggi tidak bisa cover area yang cukup luas, yakni 150 meter dari tower.

Dari sana, ia menilai operator ke depan akan membutuhkan BTS yang cukup banyak guna menjangkau daerah yang luas. “Kami berkesimpulan bahwa spektrum sharing bisa membuat transisi yang mulus dari 4G ke 5G,” tambahnya.

Ia juga mengusulkan kepada Kominfo untuk duduk bersama para petinggi Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk menjaring kelompok industri yang siap menjadi pelanggan layanan 5G dari operator. Sebabnya, antisipasi dari permintaan pasar.

Baca Juga: Tahun pertama operasional, MRT Jakarta raih keuntungan hingga Rp 70 miliar

Lebih lanjut, Feby bilang hingga kuartal III XL Axiata telah memiliki sekitar 129 ribu BTS. Dari sana sekitar 39.000 melingkupi 4G, 53.000 3G, dan 36.000 2G.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×