kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimisme industri farmasi menggenjot pasar ekspor


Jumat, 21 April 2017 / 06:16 WIB
Optimisme industri farmasi menggenjot pasar ekspor


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Penjualan ekspor farmasi di kuartal I ini kurang menggembirakan. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) periode Januari-Maret 2017 ini ekspor farmasi turun 3,79 % menjadi US$ 131,7 juta.

Sedangkan di periode sama tahun sebelumnya tercatat ekspor farmasi US$ 136,8 juta. Namun Gabungan Pengusaha Farmasi (GP Farmasi) masih optimistis tahun ini bakal ditutup kenaikan ekspor meskipun hanya satu digit.

“Masih punya banyak waktu, target kita ekspor industri ini bisa naik 4-5 %,” ucap Vincent Harijanto, Ketua Litbang Perdagangan dan Industri Bahan Baku GP farmasi Indonesia kepada KONTAN, Rabu (19/4).

Vincent masih optimistis lantaran banyak produsen obat-obatan yang terus berupaya meningkatkan produksinya.

Menurut data Kementerian Perdagangan Indonesia, sampai dengan 2016 penjualan ekspor farmasi Indonesia senilai US$ 566 juta. Nilai tersebut turun 3 % dibandingkan tahun sebelumnya yakni US$ 586 juta.

Ekspor produk farmasi sempat naik dari 2011 menuju 2012 sebesar 12 %, US$ 433 juta. Namun di tahun berikutnya, 2012 menuju 2013 hanya naik 2 % menjadi US$ 442 juta. Sampai di 2013 ke 2014 naik 17% menjadi US$ 518 juta.

Produsen obat seperti PT Indofarma Tbk melihat ekspor belum terlalu signifikan bagi keuntungan perusahaan. Emiten berkode INAF ini mengakui tidak memiliki list yang luas untuk ekspor. “Sampai kuartal I ini ekspor kita tumbuh kok, Cuma satu digit,” sebut Sekretaris Perusahaan PT Indofarma Tbk, Yasser Arafat kepada KONTAN.

Soal menurunnya kinerja ekspor farmasi di kuartal I ini, Yasser mengatakan kemungkinan dampak dari ekonomi global pasca yang dipengaruhi oleh kondisi politik Amerika. “Tapi kita perkirakan tahun ini bisa naik atau kurang lebih sama dibandingkan tahun lalu,” ujarnya.

Perusahaan plat merah ini mengakui baru bisa memenuhi permintaan ekspor yang sedikit. Yasser mengatakan, pertumbuhan bisnis ekspor kuartal I INAF masih disokong oleh kawasan timur tengah yang menjadi langganan. “Seperti Afghanistan, Irak dan Negara arab lainnya,” ujarnya.

Asal tahu saja, dalam setahun INAF bisa mengirim 2 kontainer isi obat batuk sebanyak 4 kali ke Timur Tengah. Kontribusi kawasan tersebut bagi ekspor INAF ialah 80 %. Sampai dengan tahun 2016, penjualan ekspor INAF tumbuh 7 % menjadi RP 16 miliar.

Baik obat resep dan obat bebas INAF porsi penjualannya hampir sama, 50 %. Ekspor obar resep di 2016 naik 17 % dari tahun sebelumnya menjadi Rp 7,9 miliar. Kontribusi ekspor bagi penjualan INAF masih sangat kecil dibawah 1 %. Tahun ini INAF menargetkan ekspornya bisa tumbuh 7 %.

Sementara itu produsen obat dan health care, PT Kalbe Farma Tbk, masih menilai positif penjualan ekspor farmasi. Di 2016 penjualan ekspor emiten berkode KLBF ini naik 12 % yakni senilai Rp 997 miliar. “Prospek kita tetap positif, dan kita juga tetap focus di tujuan ekspor kawasan Asia Tenggara dan Afrika,” sebut Vidjongtius, Direktur Independen PT Kalbe Farma Tbk kepada KONTAN.

Ia mengatakan sampai kuartal I ini ekspor KLBF masih lancer, namun enggan menyebutkan berapa pertumbuhannya. “Yang jelas sepanjang kuartal I ini, ekspor kontribusinya 5 %,” katanya. Pendapatan KLBF di 2016 diketahui naik 11 % menjadi Rp 19 triliun, dengan kontribusi ekspor 5 %.

Sejauh ini Vidjongtius mengungkapkan belum banyak kendala untuk ekspor. Menurutnya, produsen harus mengtehui pasar local tujuan ekspor. “Juga meninjau konsumen dan peraturan Negara tersebut,” ucapnya. Targetnya ekspor KLBF di tahun ini bisa meningkat 6 %.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×