kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Optimisme industri manufaktur mengisi ekspor saat pandemi Covid-19


Minggu, 01 November 2020 / 19:12 WIB
Optimisme industri manufaktur mengisi ekspor saat pandemi Covid-19
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/9/2020).


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di masa pandemi ini, industri manufaktur tanah air turut mengincar peluang bisnis di pasar global dengan cara mengekspor produknya. Tingginya arus ekspor tersebut membantu neraca perdagangan Indonesia.

Berkaca pada laporan Kementerian Perdagangan (Kemendag) pada periode Januari—September 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 13,51 miliar yang dihasilkan dari surplus sektor nonmigas sebesar US$ 18,18 miliar dan defisit neraca sektor migas sebesar US$ 4,66 miliar.

Surplus kumulatif ini bahkan sudah melampaui surplus perdagangan pada 2017 yang mencapai US$ 11,8 miliar, atau yang tertinggi sejak tahun 2012. Kemendag juga menyampaikan, ekspor nonmigas September 2020 tercatat US$ 13,31 miliar atau naik 0,21% dibanding September 2019.

Baca Juga: Fasilitas GSP dari Amerika Serikat bakal dorong ekspor manufaktur Indonesia

Salah satu perusahaan yang berorientasi ekspor, PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) misalnya masih dapat memaksimalkan penjualannya di pasar luar negeri. Tak heran perseroan mematok pertumbuhan penjualan dobel digit tahun ini.

Wendy Chandra, Corporate Secretary and Head of Investor Relations WOOD mengatakan sampai dengan bulan Agustus tahun ini saja perseroan masih mampu membukukan sales order yang besar melampaui pendapatan tahun lalu.

"Sales order yang tinggi hingga bulan Agustus 2020 terutama dari penjualan ekspor karena penerapan anti-subsidy duty dan countervailing duty pada produk wooden cabinet dan millwork dari China oleh AS," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/10).

Ia menerangkan implementasi kebijakan dan tensi perang dagang menyebabkan kekurangan atas produk furnitur dan building component di pasar AS, di mana China merupakan eksportir terbesar di pasar AS. Oleh karena itu, situasi ini memberikan kesempatan yang besar bagi WOOD untuk ekspansi pangsa pasar perseroan di pasar AS.

Untuk diketahui, di tengah pandemi WOOD berhasil membukukan pendapatan bersih senilai Rp 1,13 triliun sepanjang semester pertama 2020 atau naik 16% secara year-on-year (YoY) bila dibandingkan dengan torehan pendapatan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 977,54 miliar.

Sebanyak Rp 969,05 miliar atau 85,4% dari total pendapatan WOOD semester pertama merupakan hasil dari penjualan ekspor. Manajemen mengatakan, pendapatan ekspor ini naik 40,3% dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 690,711 miliar.

Pasar ekspor juga menjadi salah satu bidikan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) untuk terus mengupayakan capaian kinerja yang memuaskan sampai akhir tahun ini, meskipun penuh tantangan.

Vice President Corporate Relations and Sustainability TPIA Edi Rivai menceritakan, kondisi bisnis yang terjadi di hilir petrokimia saat ini ikut mempengaruhi perolehan bisnis di sektor hulu.

Sebagai produsen bahan baku plastik dan kemasan, TPIA juga terkena dampak dari pelemahan ekonomi akibat pandemi Covid-19 ini. Mengenai perolehan kinerja kuartal tiga, Edi belum bisa membeberkan lebih lanjut, yang jelas perseroan masih mengupayakan yang terbaik.

"Mengingat di kuartal pertama dan kedua pasar berkontraksi, tapi kami berharap kuartal empat ini bisa membaik," sebutnya saat acara sebuah webinar, Jumat lalu (23/10).

Persoalan utama di bisnis ini ialah melemahnya daya beli masyarakat saat ini sehingga berdampak bagi penyerapan bahan baku yang diproduksi industri hulu.

Untuk mengatasi pelemahan penjualan di tingkat domestik, Edi mengaku perusahaan juga berusaha mencari celah dengan mendorong penjualan ke pasar ekspor lewat produk non komoditas namun bernilai tambah.

Baca Juga: Terus meningkat, ekspor dari kawasan industri Morowali diramal capai Rp 168,2 triliun

Manajemen tak menguraikan lebih lanjut besaran yang ingin diraih dari ekspor, namun selama pasar domestik masih lemah tentu beragam sasaran pasar lainnya akan dijajal.

"Untuk mengatasi dampak market saat ini kami juga lihat peluang di ekspor. Untuk ekspor produknya bukan yang komoditas tapi lebih ke value added product," sebut Edi.

Mengulik laporan keuangan perseroan di kuartal ketiga tahun ini penjualan ekspor sebenarnya tercatat turun 2,6% secara tahunan menjadi US$ 350,26 juta.

Namun penurunan tersebut tak sebesar penjualan domestik yang anjlok hingga 10,8% secara tahunan menjadi US$ 909,2 juta. Secara industri, perseroan melihat permintaan untuk poliolefin saja di tingkat domestik turun sekitar 20%-30% di semester satu tahun ini yang menjadikan kondisi pasokan dalam negeri berlebih.

Meski mencari peluang di pasar ekspor, TPIA tetap tak melupakan pasar domestik begitu saja apalagi perusahaan berkomitmen mengurangi beban dari impor petrokimia secara berangsur-angsur.

"Dengan lockdownnya banyak negara, tentu ada kecenderungan nanti industri petrokimia disana akan mengutamakan permintaan dalam negerinya, maka kemandirian akan petrokimia secara nasional sangat penting," ungkap Edi.

Memasuki kuartal keempat ini, manajemen optimistis permintaan di pasar akan lebih baik ketimbang semester pertama tahun ini. Sedangkan di tahun 2021 nanti pun perseroan masih melihat ada harapan bahwa permintaan produk petrokimia dapat meningkat kembali.

Selanjutnya: Setelah 2,5 tahun negosiasi, AS akhirnya perpanjang fasilitas GSP untuk Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×