Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Anjloknya penjualan mobil dan motor membuat industri produsen suku cadang atawa spare part ikut kelimpungan. Mereka mengalami penurunan penjualan kepada pabrikan otomotif, sementara penjualan suku cadang ke pasar after market juga lesu seiring melemahnya daya beli masyarakat.
Kondisi ini memaksa pengusaha merumahkan karyawan, bahkan sebagian telah memutuskan kontrak kerja karyawan yang masih berstatus non karyawan tetap. Mereka juga sudah lama menghapuskan jam kerja lembur.
"Penjualan ke aftermarket turun sekitar 20%-30% jika dibandingkan dengan tahun lalu," kata Hadi Suryadipradja, Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Alat-Alat Mobil dan Motor (GIAMM), Selasa (29/9). Hadi tak memiliki perincian data penjualan kepada pabrikan otomotif, hanya saja prosentasenya tak jauh beda dengan penurunan penjualan mobil dan motor tahun ini.
Sebagai gambaran, sepanjang Januari-Agustus 2015 penjualan mobil dan motor kompak turun sebesar 19% jika dibandingkan tahun lalu.
Ignatius Sumardi, Direktur PT Galih Ayom Paramesti menyebut, pabrikan otomotif ibarat lokomotif bagi industri pendukung seperti suku cadang. "Kami adalah gerbongnya. Saat lokomotif itu melambat maka gerbong juga melambat," ujar Ignatius kepada KONTAN, Selasa (29/9).
Penjualan Galih Ayom saat ini 100% untuk memasok pabrikan. Beberapa klien mereka adalah Suzuki, Honda, Kawasaki. Sedangkan untuk mobil pihaknya memasok ke perusahaan tier kedua untuk pabrikan Toyota.
Akibat perlambatan ini, pihaknya sudah mengurangi sekitar 10% dari karyawan kontrak di perusahaannya. "Kami terus melakukan efisiensi agar tetap hidup, seperti matikan pendingin udara, hemat listrik dan lain-lain. PHK itu opsi terakhir sekali," ujar Ignatius.
Untuk diketahui Galih Ayom adalah produsen autoparts manufacturing CNC Turned Parts, Ground Shaft, dan Precision Machining. Perusahaan ini memiliki pabrik di Cibitung. Pabrik tersebut memiliki kapasitas sekitar 300.000 unit spare parts per tahun.
Butuh insentif
Agar bisa mengurangi beban perusahaan komponen otomotif yang sedang sakit, pengusaha meminta pemerintah memberikan dukungan kebijakan kemudahan, bahkan memberikan insentif pengurangan beban pajak. Misalnya menurunkan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPn BM) untuk beberapa jenis suku cadang otomotif.
Ia mengusulkan pemerintah mempermudah dan meringankan perizinan. "Izin Amdal saja perlu Rp 40 juta, itu mahal sekali," ujar Ignatius.
Sementara untuk mendongkrak hilir yakni pemasaran mobil, agar pesanan komponen pendukung kembali eksis, Sekretaris Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Noegardjito mengusulkan pemerintah menurunkan PPnBM kendaraan bermotor untuk mobil MPV yang saat ini 10% menjadi 5% atau 2,5%.
Selain itu, menurunkan batas uang muka down payment (DP) minimal kredit kendaraan bermotor. Misalnya DP turun menjadi 5% dan bisa dinaikkan lagi saat daya beli masyarakat sudah meningkat. "Saat ini DP 25% itu masih berat," ujar Noegardjito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News