kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

Tarif Ekspor CPO Naik, Ini Kata Sampoerna Agro (SGRO)


Senin, 19 Mei 2025 / 16:03 WIB
Tarif Ekspor CPO Naik, Ini Kata Sampoerna Agro (SGRO)
ILUSTRASI. Sampoerna Agro (SGRO) melihat menaikkan tarif pungutan ekspor minyak sawit (CPO) dari 7,5% menjadi 10% mulai 17 Mei 2025 akan berdampak pada daya saingi Indonesia di pasar global


Reporter: Vina Elvira | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO) buka suara terkait kebijakan tarif pungutan ekspor minyak sawit mentah atawa crude palm oil (CPO) yang naik dari sebelumnya 7,5% menjadi 10% 

Head of Investor Relations SGRO Stefanus Darmagiri menyatakan,  kenaikan tarif pungutan ekspor ini dapat berdampak terhadap daya saing CPO Indonesia di pasar global.

Selain itu, adanya eskalasi geopolitik India – Pakistan dan kebijakan perdagangan Amerika Serikat yang tidak menentu juga akan mempengaruhi permintaan terhadap minyak nabati dunia dan juga CPO. 

“Kebijakan ini dapat berdampak terhadap ekspor CPO Indonesia, namun dengan adanya implementasi B40 diharapkan dapat meningkatkan konsumsi CPO dalam negeri,” ungkap Stefanus, kepada Kontan.co.id, Kamis (15/5) lalu. 

Baca Juga: Saham Sampoerna Agro (SGRO) Meroket Usai Umumkan Dividen, Simak Prospeknya

Adapun, seluruh penjualan CPO SGRO saat ini masih difokuskan untuk pasar domestik. 

Hal ini seiring dengan dampak El-Nino yang terjadi pada semester II-2023 lalu, sehingga berdampak terhadap produksi CPO Indonesia pada semester I-2024. 

Manajemen SGRO memproyeksikan produksi Tandan Buah Segar (TBS) perseroan untuk tahun 2025 akan lebih baik jika dibandingkan dengan tahun lalu. 

SGRO sendiri menargetkan adanya perbaikan produksi TBS dari kebun inti SGRO sebesar 5% yoy pada tahun 2025. 

Sedangkan untuk pendapatan dan laba SGRO, menurut Stefanus akan sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga jual CPO, di mana sangat bergantung kepada mekanisme pasar (supply dan demand) serta fluktuatif harga. 

 

“Oleh sebab itu Perseroan tetap fokus program meningkatkan produktivitas kelapa sawit melalui berbagai program serta melakukan efisiensi kerja untuk dapat meningkatkan kinerja operasional dan keuangan Perseroan,” tuturnya. 

Di tahun 2025, SGRO menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 400 miliar – Rp 600 miliar. Di mana 44% dari total anggaran digunakan untuk kegiatan perkebunan dan sisanya 56% untuk kegiatan non-perkebunan.

Selanjutnya: BPDP: Kenaikan Pungutan Ekspor CPO untuk Dukung Program B40

Menarik Dibaca: Dukung UKM, Indibiz Ajak Pelanggan Ikuti Digital Run 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×