kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.303   107,83   1,50%
  • KOMPAS100 1.122   17,21   1,56%
  • LQ45 893   16,28   1,86%
  • ISSI 223   2,00   0,91%
  • IDX30 457   8,66   1,93%
  • IDXHIDIV20 551   11,40   2,11%
  • IDX80 129   1,83   1,44%
  • IDXV30 137   2,38   1,77%
  • IDXQ30 152   3,03   2,03%

Pabrikan baja minta aturan pasokan baja


Rabu, 21 Januari 2015 / 07:15 WIB
Pabrikan baja minta aturan pasokan baja
King The Land hingga Heartbeat, Rekomendasi Drama Korea Romantis Terbaru di 2023, Ini Sinopsis dan Link Nonton Sub Indo.


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina

JAKARTA. Perusahaan besi baja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk dan PT Gunung Raja Paksi meminta Kementerian Perindustrian (Kemperin) segera mengatur pasokan baja slab produksi PT Krakatau Posco. Keduanya meminta agar produk baja tersebut dipakai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Asal tahu saja, Krakatau Posco, perusahaan patungan Krakatau Steel dan perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel Tbk dan Pohang Steel Corporation (Posco). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi 1,5 juta ton baja slab. Sebanyak 1 juta ton di antaranya untuk memenuhi kebutuhan Krakatau Steel. Nah, sisa produk baja slab 500.000 ton inilah yang diincar Gunawan Dianjaya maupun Gunung Raja Paksi.

Dua perusahaan besi baja lokal itu mengaku kesulitan memperoleh pasokan baja slab dari Krakatau Posco. "Padahal kami perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memperoleh baja slab dari Krakatau Posco ketimbang impor," ujar Gunato Gunawan, Direktur Gunawan Dianjaya Steel, usai menemui Menteri Perindustrian, Selasa (20/1).

Sayang, Gunato tidak membeberkan besar disparitas harga antara baja slab Krakatau Posco dan baja slab impor. Yang pasti, perusahaan itu membutuhkan baja slab untuk memproduksi 600.000 ton pelat baja per tahun.

Hingga saat ini, baru Krakatau Porco yang memproduksi baja slab di dalam negeri. Sementara kebutuhan  baja slab dalam negeri sekitar 2,6 juta ton setahun. Dus, perusahaan besi baja banyak mengimpor baja untuk mencukupinya.

Sejatinya baik Gunawan Dianjaya maupun Gunung Raja Paksi sudah pernah menemui Krakatau Posco. "Kami membahas agar produk Krakatau Posco dijual kepada kami," terang Djamaluddin Tanoto, Presiden Direktur Gunung Raja Paksi.

Gunung Raja Paksi membutuhkan baja slab mencapai sekitar 1 juta ton per tahun. Selama ini, perusahaan tersebut mengimpor baja slab dari Rusia dan Brasil.

Fasilitasi pertemuan

Menurut Djamaluddin, selain perusahaannya dan Gunawan Dianjaya, ada dua perusahaan besar lain yang membutuhkan banyak baja slab. Dua perusahaan itu adalah PT Jaya Pari Steel Tbk (perusahaan yang masih terafiliasi dengan Gunawan Dianjaya) dan Krakatau Steel.

Namun pertemuan tiga perusahaan itu sepertinya tak mendatangkan hasil berarti. Oleh karena itu keduanya menemui Kemperin.

Harjanto, Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemperin mendukung agar produksi  baja nasional dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pelaku baja nasional juga. Meski mengakui hal ini adalah ranah antar perusahaan atawa business to business, Kemperin berjanji akan memfasilitasi pertemuan perusahaan-perusahaan itu.

Tanpa menyebutkan waktu tepatnya, Kemperin akan mengundang Gunung Raja Paksi, Gunawan Dianjaya, Krakatau Posco dan Krakatau Steel. "Untuk membicarakan soal ini secara kekeluargaan. dan nanti jika tidak ada titik temu dipersilakan masing-masing bisa menempuh jalur hukum," ujar Harjanto.

Selain meminta campur tangan soal pasokan slab, Gunung Raja Paksi dan Gunawan Dianjaya mengusulkan peningkatan bea masuk untuk baja jenis H beam menjadi 15%. Saat ini bea masuk baja jenis ini adalah 10%. 

Untuk diketahui, pada 2014 kebutuhan baja H beam adalah 400.000 ton. Sebanyak 350.000 ton diantaranya dicukupi baja impor. "Pembahasan bea masuk ini masih ada di Badan Kebijakan Fiskal," terang Harjanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×