kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi Covid-19 mengubah daya beli masyarakat terhadap produk FMCG


Senin, 21 Juni 2021 / 10:16 WIB
Pandemi Covid-19 mengubah daya beli masyarakat terhadap produk FMCG
ILUSTRASI. Penjualan Ritel Modern. KONTAN/Baihaki/18/05/2021


Reporter: Vina Elvira | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kantar Indonesia, Worldpanel Division baru saja merilis publikasi terbaru bertajuk Brand Footprint Indonesia 2021. Brand Footprint adalah studi tahunan Kantar yang mengukur merek mana yang paling dipilih oleh konsumen.

Brand Footprint meliputi lima sektor Fast Moving Consumer Goods (FMCG), yakni makanan, minuman, produk susu, perawatan rumah, dan perawatan tubuh. Peringkat Brand Footprint Indonesia tahun ini mencakup 97% dari total rumah tangga baik di kota besar, kota kecil, dan daerah lainnya yang merepresentasikan 68 juta rumah tangga.

Sebagai informasi, sektor makanan tercatat mendominasi 10 peringkat teratas, dan juga mendominasi peringkat 10 besar merek-merek yang bertumbuh pesat pada tahun 2020. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan pandemi yang membuat konsumen lebih banyak beraktivitas di rumah, termasuk memasak dan makan di rumah.

Menanggapi hal tersebut, Pengamat Manajemen Daniel Saputra menyampaikan bahwa prospek bisnis FMCG dalam hakikatnya selalu mengikuti pertumbuhan ekonomi. Ketika perekonomian negara tersebut mengalami kontraksi, hal itu tentu akan berpengaruh terhadap kinerja bisnis FMCG, begitu pula sebaliknya. 

"Apakah prospeknya masih bagus? ya sesuai dengan pertumbuhan ekonomi kita, selama ekonomi kita bagus ya akan naik terus," ungkap Daniel saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (20/6). 

Baca Juga: Ini strategi persaingan bisnis FMCG menurut riset Kantar Indonesia

Pandemi yang menyerang Indonesia tahun lalu telah membuat daya beli masyarakat pun ikut berubah. Hal itu terpancar dari bergesernya pilihan masyarakat dalam membeli produk-produk FMCG. Menurut Daniel, di saat kondisi ekonomi serba tidak pasti seperti sekarang, orang-orang cenderung akan mencari produk-produk yang lebih ekonomis.

"Jadi di masa pandemi ini karena ada masalah pendapatan menurun otomatis orang akan cari yang lebih murah," tuturnya. 

Hal itu senada dengan salah satu hasil Brand Footprint Indonesia 2021, yang menyebut bahwa Ekonomi merupakan satu dari sekian merek perawatan rumah tangga yang tumbuh paling pesat di antara merek-merek yang berhasil menempati peringkat 20 besar. Sebab, Ekonomi menawarkan perlindungan ekstra bagi keluarga dalam hal kebersihan dan juga menawarkan harga yang terjangkau. 

Adapun, Ekonomi sendiri berhasil meraih peringkat ke-20 dalam kategori Merek Terpilih di Indonesia tahun 2020. 

Daniel menjelaskan, ada dua strategi yang bisa dilakukan para pemain FMCG untuk dapat terus bersaing di tengah kondisi pandemi seperti saat ini. Pertama, mengeluarkan second brand dengan harga produk yang lebih murah sehingga bisa menjangkau setiap segmen masyarakat. 

"Brand kedua yang lebih murah, karena emang daya beli masyarakat menurun. Seperti Garuda Indonesia kan ada Citilink yang second airnya. Jadi buatlah produk-produk lebih murah," jelasnya.

Kedua, keluarkan versi sachet dari produk-produk yang telah ada sebelumnya. Hal ini bisa menjadi alternatif bagi konsumen yang ingin membeli produk tersebut dengan harga yang tentunya lebih bersahabat dengan keadaan ekonomi saat ini. 

"Kalaupun tidak bisa second brand, ya berarti mesti dikecilin buat sachet, semisal buat So Klin sachet. Kata kuncinya sih terjangkau dengan daya beli yang terbatas sekarang," pungkasnya. 

Selanjutnya: Mi instan termasuk produk FMCG yang paling banyak dipilih konsumen Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×