Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penjualan properti diperkirakan masih lesu atau malah bisa menurun pada tahun ini. Mulai dari penjualan perumahan yang diperkirakan turun 10%, penjualan apartemen turun 20%, dan penurunan penjualan unit perkantoran dan pusat perbelanjaan.
Pengamat Properti Panangian Simanungkalit mengatakan, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan penjualan properti menurun. Mulai dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diperkirakan melambat, kebijakan kenaikan suku bunga BI, diselenggarakannya pesta politik tahun ini hingga melonjaknya milenial yang rata-rata belum berminat memiliki properti.
"Milenial gaya hidupnya lebih senang menyewa atau tinggal dengan orang tuanya dibandingkan membeli properti. Ini menjadi persoalan. Kalau begitu akan ada over supply nantinya, sehingga permintaan stagnan dan mengakibatkan gerusan pasar," ujar Panangian Simanungkalit kepada Kontan.co.id, Kamis (24/1).
Meski begitu, Panangian menyarankan supaya pengembang tidak perlu khawatir kehilangan pasar. Pasalnya, jumlah milenial saat ini berkisar 35% dari total masyarakat Indonesia. Berdasarkan catatan BPS, saat ini terdapat sekitar 90 juta milenial yang berumur 20 tahun - 34 tahun.
Menurutnya, jumlah tersebut merupakan pasar yang masih besar. Meski begitu, dia mengingatkan supaya pengembang beradaptasi dengan gaya milenial atau membuat terobosan yang mengarah pada kebutuhan milenial.
"Jadi pengembang itu harus banting stir,suplai yang harus menyesuaikan permintaan. Pengembang harus melihat bahwa pasarnya sekarang middle ke lowe bukan middle upper lagi, sehingga investor harus membuat milenial yang berpenghasilan rendah tertarik membeli properti," ujarnya.
Kemudian, harus jeli melihat kebutuhan milenial yang menginginkan properti yang terjangkau, fungsional, dan cicilan yang tak besar. "Masalahnya seberapa besar pengembang bisa menyesuaikan diri. Bila dia bisa, dia yang bertahan," kata Panangian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News