kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar tertekan pandemi, asosiasi tambang dan migas sulit lakukan merger dan akuisisi


Rabu, 15 April 2020 / 21:26 WIB
Pasar tertekan pandemi, asosiasi tambang dan migas sulit lakukan merger dan akuisisi


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Corona menggoyang kondisi perekonomian. Hal itu menyulut tekanan terhadap pasar dan harga komoditas. Kondisi ini membuat kinerja perusahaan menjadi tertekan, termasuk bagi yang bergerak di sektor energi minyak dan gas (migas) dan pertambangan.

Alhasil, di tengah kondisi pandemi saat ini, rencana perusahaan untuk melakukan aksi korporasi merger dan akuisisi (M&A) diprediksi akan tertahan. Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno mengatakan, perusahaan tambang mineral dan batubara (minerba) akan sukar melakukan M&A.

Baca Juga: Penjualan ritel AS pada Maret 2020 anjlok akibat virus corona

Djoko menerangkan, menurut diskusi yang dilakukan bersama anggota IMA, pandemi Corona telah membuat kinerja pendapatan perusahaan menjadi terhambat. "Sehingga mereka belum perlu cari tambahan modal, maka akuisisi belum dilakukan oleh pemilik uang, menunggu sahamnya semoga tidak turun lagi," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4).

Selain dari sisi pergerakan pasar dan harga, Djoko menyebut bahwa M&A juga akan dibatasi dari sisi regulasi. "Perusahaan yang besar dan masih berjalan akan sukar melakukan merger, akan dibatasi oleh perubahan perijinan," katanya.

Hal senada juga disampaikan oleh Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI). Menurut Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia, masa pandemi ini bukanlah momentum yang tepat untuk melakukan M&A. Hendra menjelaskan, meskipun ada distressed asset yang ditawarkan saat ini akan sangat rendah, namun faktor outlook harga komoditas dan faktor ketidakpastian pasar akan menjadi pertimbangan utama investor.

"Dalam kondisi resesi ekonomi dunia akibat Pandemi Covid-19 rasanya aksi M&A di sektor pertambangan akan sangat minim karena faktor risiko yang masih tinggi karena banyak faktor ketidakpastian," sebutnya.

Baca Juga: Penundaan ekspansi emiten pendatang baru saat corona jadi pilihan tepat

Hal yang sama juga terjadi di sektor migas. Menurut Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) John S. Karamoy, pilihan M&A akan bergantung pada pertimbangan dari manajemen perusahaan terkait mitigasi dan strategi pengembangan usaha.

Kinerja perusahaan atau pun saham yang sedang menurun bisa jadi merupakan momentum bagus untuk dimanfaatkan sebagai peluang M&A. Namun, hal tersebut biasanya lebih dilakukan oleh institusi finansial, bukan oleh pelaku usaha.

"Kalaupun terjadi penjualan, maka dapat diduga perusahaan tersebut memiliki strategic reason untuk melunasi hutang ataupun ada tekanan perusahaan mempertimbangkan opsi untuk menjual," ungkap John.

Baca Juga: Komisi IX DPR harapkan penanganan corona terkordinasi baik dan anggaran tepat sasaran

Sulitnya untuk melakukan M&A di sektor energi dan pertambangan antara lain dapat tergambarkan dari mundurnya jadwal divestasi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) oleh holding tambang BUMN, MIND ID. INCO bersama dengan para pemegang saham, yakni Vale Canada Limited (VCL) dan Sumitomo Metal Mining Co. Ltd (SMM) serta MIND ID telah menyetujui perpanjangan tenggat waktu penandatanganan perjanjian-perjanjian definitif.

Semula, perjanjian-perjanjian definitif tersebut ditargetkan akan rampung pada triwulan pertama, namun diundur menjadi akhir Mei 2020. Perpanjangan penyelesaian perjanjian definitif tersebut dimaksudkan sebagai antisipasi perkembangan terkini dalam mitigasi risiko pandemi corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×