Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemanfaatan gas bumi menjadi faktor krusial dalam menjaga ketahanan energi nasional. Namun, penurunan pasokan akibat natural decline dari sumur-sumur tua mendorong perlunya langkah strategis, termasuk opsi impor, untuk memenuhi kebutuhan domestik dalam jangka pendek.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Abadi Poernomo menegaskan bahwa gas bumi memiliki peran penting dalam transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE) 2060.
Hal ini sejalan dengan perubahan arah kebijakan yang tertuang dalam pembaruan Kebijakan Energi Nasional (KEN), yang saat ini masih dalam tahap penyusunan dalam bentuk Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP).
Baca Juga: Ikatan Perusahaan Gas Bumi Minta Kenaikan Harga HGBT Lebih dari US$ 7 per MMBTU
Revisi ini akan menggantikan Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 Tahun 2014 tentang KEN.
Menurut Abadi, meskipun Indonesia menghadapi tantangan dalam pasokan gas, tingkat ketahanan energi nasional masih cukup kuat.
"Ketahanan energi kita berada di skala 6,4, yang artinya cukup tahan. Ketersediaan (availability), aksesibilitas (accessibility), keterjangkauan (affordability), dan akseptabilitas (acceptability) masih terjaga, meskipun ada impor," ujarnya dalam diskusi virtual Memacu Infrastruktur Gas Menuju Swasembada Energi yang digelar Energy Institute for Transition (EITS) akhir pekan lalu.
Untuk mengantisipasi dampak penurunan pasokan, Abadi menyatakan bahwa impor gas dapat menjadi solusi sementara hingga proyek-proyek gas baru seperti Blok Masela dan Wilayah Kerja Andaman mulai berproduksi (onstream).
"Saat ini masih ada kekurangan gas, jadi kita perlu sedikit impor. Namun, saat Blok Masela dan Andaman mulai beroperasi, kebutuhan gas nasional yang diperkirakan mencapai 78 hingga 100,3 MTOE (Mega Ton Setara Minyak) bisa terpenuhi dari sumber daya yang ada di dalam negeri," jelasnya.
Baca Juga: Wamen ESDM Sebut Harga Gas Industri akan Lebih Rendah dari Harga Gas Bahan Bakar
Era Gas dan Prospek Investasi
Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Hudi D. Suryodipuro menekankan bahwa Indonesia kini memasuki era gas seiring dengan penemuan cadangan baru yang signifikan pada 2023 dan 2024.
"Kita berani mengatakan bahwa saat ini Indonesia berada di era gas. Penemuan besar oleh ENI di Geng North-1, Kalimantan Timur, pada 2023 dan oleh Mubadala Energy di Wilayah Andaman pada 2024 telah menarik minat investor asing untuk kembali mengeksplorasi sumber daya gas di Indonesia," ungkap Hudi.
Namun, meskipun cadangan gas besar telah ditemukan, masih dibutuhkan waktu serta pembangunan infrastruktur yang masif untuk mengoptimalkan produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan domestik serta mendukung target swasembada energi.
Menurut Direktur Infrastruktur Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KemenESDM), Laode Sulaiman, tren global menunjukkan bahwa pemanfaatan gas bumi tetap stabil hingga 2050, meskipun energi fosil lainnya mengalami penurunan signifikan.
Baca Juga: Prabowo Pastikan Kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT) Berlanjut
"Bukan hanya Indonesia, tetapi negara-negara lain juga mengandalkan gas bumi untuk menopang ketahanan energi mereka," katanya.
Di Indonesia, gas bumi digunakan untuk berbagai sektor strategis, termasuk pembangkit listrik, industri, dan rumah tangga.
Oleh karena itu, optimalisasi pemanfaatan gas harus didukung dengan pengembangan infrastruktur yang memadai.
"Agar kebutuhan gas bisa terpenuhi, maka harus ada penguatan infrastruktur. Di Jawa dan Sumatera, jaringan transmisi dan distribusi pipa seperti Cirebon-Semarang (Cisem) dan Dumai-Sei Mangke (Dusem) terus dikembangkan," jelasnya.
Sementara itu, untuk wilayah Indonesia Tengah dan Timur, transportasi gas lebih banyak mengandalkan virtual pipeline, seperti LNG, mini LNG, dan Terminal Regasifikasi.
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan solusi infrastruktur gas yang lebih fleksibel. Setiap tahapan rantai pasok (supply chain) juga harus mempertimbangkan faktor keekonomian agar tetap efisien dan berkelanjutan," pungkasnya.
Selanjutnya: Daftar Sayuran yang harus Dihindari Penderita Asam Urat saat Buka Puasa
Menarik Dibaca: Daftar Sayuran yang harus Dihindari Penderita Asam Urat saat Buka Puasa
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News