Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Intiland Development Tbk (DILD) kesulitan menaikkan harga sewa dan harga jual gedung perkantoran. Ini akibat ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan gedung kantor.
Direktur Intiland Development Archied Noto Pradono memprediksi tahun ini bisnis gedung kantor masih akan flat dibandingkan tahun lalu. "Karena pasokan masih banyak," ujarnya kepada kontan.co.id , Rabu (8/1).
Akibatnya, DILD kesulitan mengerek harga jual dan harga sewa gedung kantor yang dikelolanya. Asal tahu saja, DILD mengelola beberapa aset perkantoran yang tersebar di Jakarta dan Surabaya.
Baca Juga: Berhasil jual lahan, penjualan DILD kuartal empat melesat
Untuk aset di Surayaba, Archied menyebutkan, pasar kantor strata tittle masih lemah. Hal tersebut terlihat dari penjualan gedung perkantoran DILD yakni Praxis dan Spazio Tower.
Hingga saat ini Praxis baru terjual sekitar 50%. Sedangkan, Spazio penyerapannya mencapai 60%. Namun, untuk satu aset yang disewakan yakni Intiland Tower Surabaya, tingkat okupansinya 65% dengan harga sewa per bulan Rp 95.000/m2.
Kemudian, untuk asetnya di Jakarta, tingkat serapannya lebih baik. Tingkat okupansi di South Quarter Jakarta mencapai 80% dengan harga sewa bulanan Rp 230.000/m2. "Demikian dengan Intiland Tower masih oke di 75%," kata Archied. Adapun harga sewa untuk Intiland Tower sebesar Rp 175.000/m2 per bulan
Berdasarkan riset Colliers International Indonesia, pasar gedung perkantoran di Jakarta masih akan tertekan. Hal tersebut lantaran ada tambahan pasokan mencapai 270.000 m2 di area CBD dan 225.000 m2 di luar CBD.
Baca Juga: Intiland Development (DILD) siapkan capex hingga Rp1,5 triliun tahun ini
Sedangkan, untuk di Surabaya lebih berat lagi. Selain pasokan baru, kantor komersial harus bersaing dengan kantor non formal karena banyak rumah dijadikan sebagai kantor. Sedangkan, implementasi aturan yang melarang rumah dijadikan perkantoran belum dilakukan secara maksimal.
Walaupun demikian, Archied masih optimistis DILD bisa menjaga kinerja bisnis perkantoran yang saat ini berkontribusi 20% dari total pendapatan berulang. Beberapa upaya yang disiapkan untuk menjaga tingkat okupansi, menjaga harga sewa dan jual dan meningkatkan pemasaran yang mengandalkan lokasi.
Merujuk laporan keuangan DILD, pendapatan usaha dari bisnis perkantoran pada kuartal III/2019 tercatat naik 4,79% menjadi Rp 90,09 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News