Reporter: Rizky Herdiansyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Peluang Indonesia untuk menambah kuantitas ekspor produk perikanan ke Eropa masih terbuka lebar. Produk tersebut bisa berupa hasil budidaya atau perikanan tangkap. Asal tahu saja, saat ini, Indonesia baru mengekspor sekitar 10% hasil perikanan dari kebutuhan konsumsi masyarakat Eropa. "Jumlahnya baru sekitar 55 ribu ton saja," kata Saut Hutagalung, Direktur Pemasaran Luar Negeri, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP). Padahal, katanya, pasar Eropa sangat menjanjikan bagi produk perikanan Indonesia.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Subdit Analisis dan Informasi DKP Yulianto bilang, total kebutuhan konsumsi ikan masyarakat Eropa mencapai 546 ribu ton atau senilai 3,4 miliar euro. "Maka dari itu ekspor kita masih terbuka lebar," katanya, tadi siang di Jakarta. Apalagi, sesuai data tahun 2007, kue pasar perikanan dunia mencapai US$ 90 miliar. Dari jumlah itu, Indonesia baru mengisi sekitar US$ 2,3 miliar atau penguasaan pangsa pasarnya hanya 2,5% saja.
Sementara itu, realisasi ekspor perikanan semester I 2008 baru mencapai US$ 70 juta. "Kami menargetkan ekspor tahun ini bisa naik menjadi US$ 2,6 miliar dolar. Yulianto berharap, semua produk perikanan seperti udang, ikan tuna, rumput laut dan sebagainya bisa mengalami peningkatan ekspor. "Biasanya antara bulan Juli hingga Oktober kegiatan ekspor akan meningkat," tambah Yulianto. Apalagi, hingga saat ini, tidak ada permasalahan signifikan yang harus dihadapi eksportir.
Peluang menambah volume dan nilai ekspor juga telah ditangkap oleh para pelaku bisnis perikanan dalam negeri. Menurut Ketua Harian Asosiasi Pengalengan Ikan Indonesia, Adi Surya, pihaknya sudah memiliki peta ekspor ke wilayah yang sangat berpotensi. "Setidaknya mulai tahun 2009 kita bisa ekspansi lebih jauh ke Eropa, dan target kami bisa menguasai 30% pasar Eropa," ujarnya kepada KONTAN.
Pasar Eropa memang cukup menjanjikan, meskipun kawasan tersebut cukup sensitif dengan isu produk perikanan. Misalnya saja, Eropa merupakan wilayah yang paling sering mengangkat isu food safety, toleransi nol untuk residu antibiotik, ketelusuran dan sistem border control, isu keperibinatangan hingga isu lingkungan. "Oleh karenanya, pengusaha kita harus mengikuti aturan agar bisnis tetap berjalan," ungkap Adi. Dengan adanya standardisasi tadi, Adi bilang, dapat meningkatkan kualitas ikan asal Indonesia.
Dengan begitu, Adi optimis, pasar Eropa akan tergarap lebih mudah. "Apalagi secara teknologi produksi kita sudah bisa bersaing," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News