kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.956.000   25.000   1,29%
  • USD/IDR 16.555   -90,00   -0,55%
  • IDX 6.926   28,03   0,41%
  • KOMPAS100 1.005   3,86   0,39%
  • LQ45 777   2,30   0,30%
  • ISSI 221   0,99   0,45%
  • IDX30 403   1,61   0,40%
  • IDXHIDIV20 475   0,87   0,18%
  • IDX80 113   0,26   0,23%
  • IDXV30 115   0,38   0,33%
  • IDXQ30 131   -0,13   -0,10%

Pemerintah Ancam Cabut Hak CP Prima


Senin, 30 November 2009 / 10:34 WIB
Pemerintah Ancam Cabut Hak CP Prima


Sumber: KONTAN | Editor: Test Test

LAMPUNG. Pemerintah mulai tidak sabar melihat rencana revitalisasi tambak udang Aruna Wijaya Sakti (AWS) yang tidak kunjung kelar. Pemerintah mengancam akan mencabut hak pengelolaan tambak eks Dipasena Cipta Darmaja yang dipegang PT Central Proteinaprima Tbk (CP Prima), jika tidak mampu menuntaskan revitalisasi seluruh tambak sesuai target.

Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad mengungkapkan, ia sudah beberapa kali bertemu dengan manajemen CP Prima untuk membahas hal tersebut. Bahkan ia mengaku sudah menagih langsung janji peningkatan produksi kepada pimpinan PT Charoen Pokphand Indonesia, induk usaha CP Prima.

Fadel mengaku tidak mau memundurkan target produksi tahun depan, kendati mereka meminta waktu tambahan. "Saya tegaskan berulang kali kalau memang mereka tidak bisa melakukan cepat, kita punya kuasa untuk mengambilnya kembali," tegasnya.

CP Prima mengambil alih tambak udang terbesar di dunia itu dari Perusahaan Pengelola Aset (PPA) dua tahun lalu. Selain dikelola Aruna, sisa tambak tadi dikelola PT Central Pertiwi Bahari, anak usaha lain milik CP Prima.

Dalam perjanjian kerjasama CP Prima dengan para petambak plasma, perusahaan ini berjanji akan merevitalisasi 16 blok tambak seluas 16.250 hektare. Hingga akhir Desember 2008, revitalisasi hanya menyentuh 4,5 blok saja. "Itu juga karena pekerjaan petani plasma yang memberanikan diri mengambil kredit ke bank untuk modal kerja. Setelah tiga bulan bekerja, barulah kami mendapat bayaran," kata Ketua Perhimpunan Petani Plasma Aruna, Nafian Faiz.

Nafian beserta 7.221 petani plasma Aruna mengaku mendukung pengalihan pengelolaan tambak Aruna ke kelompok plasma. "Revitalisasi tambak eks Dipasena ini kan sebenarnya menjadi program 100 hari kabinet sebelumnya, tapi ganti pemerintahan masih belum selesai," keluhnya.

Manajer Komunikasi CP Prima Fajar Reksoprodjo, sebelumnya bilang, pemunduran jadwal revitalisasi Aruna itu di luar kendali perusahaan. Soalnya, revitalisasi membutuhkan belanja modal. Repotnya, perusahaannya terkendala mencari pendanaan karena dampak krisis keuangan global. Karena itu, CP Prima menawarkan petambak plasma yang belum tersentuh revitalisasi untuk mengelola tambak milik perusahaan lewat Kerjasama Operasi (KSO).

Integrated Quality Assurance Division Head PT Central Pertiwi Bahari (CPB) Bambang Widigdo bilang, memang baru sekitar 5 blok milik Aruna yang berproduksi. "Meski sama-sama anak usaha Charoen, tapi manajemen Aruna yang lebih tepat memberi penjelasan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×