kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Pendapatan dan laba Vale Indonesia (INCO) meningkat di semester pertama


Rabu, 28 Juli 2021 / 18:26 WIB
Pendapatan dan laba Vale Indonesia (INCO) meningkat di semester pertama
ILUSTRASI. Vale Indonesia (INCO) membukukan laba bersih senilai US$ 58,78 juta, naik 10,65% yoy.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) menorehkan kinerja ciamik sepanjang semester pertama 2021. Produsen nikel ini membukukan laba bersih senilai US$ 58,78 juta, naik 10,65% dari laba bersih di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$  53,12 juta.

Naiknya bottom line INCO tidak terlepas dari kenaikan pendapatan. INCO membukukan pendapatan bersih senilai US$ 414,94 juta. Angka ini naik 15,14% dari torehan pendapatan di semester pertama 2020 sebesar US$ 360,37 juta.

Febriany Eddy, CEO dan Presiden Direktur Vale Indonesia merinci, INCO mengirimkan 15.845 metrik ton nikel matte dan mencatat penjualan sebesar US$ 208,4 juta pada triwulan kedua. Volume penjualan ini sekitar 7% lebih tinggi dibandingkan pada  bulan pertama 2021, “(Kenaikan ini) mengimbangi harga realisasi rata-rata yang lebih rendah pada triwulan tersebut,” kata Febriany dalam keterangan resminya, Rabu (28/7).

INCO mencatat pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA sebesar US$ 72,3 juta pada triwulan kedua, lebih rendah dari yang tercatat pada triwulan pertama sebesar US$ 88,9 juta. Menurunnya EBITDA terutama disebabkan oleh biaya yang lebih tinggi dan harga realisasi rata-rata nikel yang lebih rendah.

Baca Juga: INCO hingga TINS masuk dalam jajaran Indeks IDX30, ini daftar lengkapnya

Meski secara tahunan laba INCO tumbuh positif, laba INCO turun secara kuartalan. Di kuartal kedua, INCO mencatat laba sebesar US$ 25,1 juta, turun 25,5% dari laba di kuartal pertama sebesar US$ 33,7 juta. Penurunan laba ini sejalan dengan penurunan EBITDA.

Secara bersamaan, beban pokok pendapatan Vale Indonesia pada triwulan kedua meningkat 13% menjadi US$ 174,3 juta dari US$ 154,8 juta pada triwulan pertama.

Kas dan setara kas INCO per 30 Juni 2021 sebesar US$ 426,5 juta, naik dari posisi per 31 Maret 2021 sebesar US$ 386,2 juta. Febriany mengatakan, INCO akan senantiasa berhati-hati mengontrol pengeluaran untuk menjaga ketersediaan kas.

Baca Juga: Kejar produksi nikel 64.000 ton, cek rekomendasi saham Vale Indonesia (INCO)

Tercatat, INCO telah mengeluarkan sekitar US$ 33,3 juta untuk belanja modal pada kuartal kedua. Realisasi ini menurun dari belanja modal yang diserap pada kuartal pertama yang mencapai US$ 38,5 juta. “INCO akan tetap fokus pada berbagai inisiatif produktivitas dan penghematan biaya untuk mempertahankan daya saing dalam jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai utama, yaitu keselamatan jiwa,” ujar Febriany.

Produksi menurun

Sebelumnya, INCO telah mengumumkan hasil produksinya, baik secara tiga bulanan maupun sepanjang enam bulan pertama 2021. INCO melaporkan volume produksi 15.048 metrik ton nikel dalam matte pada triwulan kedua tahun 2021, menurun 1%  dari produksi di kuartal pertama 2021 yang mencapai 15.198 MT.

Realisasi di kuartal kedua 2021 juga 20% lebih rendah dibandingkan volume produksi pada kuartal kedua tahun lalu yang mencapai 18.701 MT. Sementara itu, produksi sepanjang semester pertama 2021 tercatat sebesar 30.246 MT, lebih rendah 17% dibandingkan produksi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 36.315 MT nikel dalam matte.

Baca Juga: Vale Indonesia (INCO) catat volume produksi 15.048 ton nikel di kuartal II 2021

Ini artinya, realisasi produksi INCO sepanjang enam bulan pertama 2021 hanya mencerminkan 47,3% dari target produksi nikel INCO tahun ini, yang ditargetkan sebesar 64.000 MT.

Direktur Keuangan Vale Indonesia Bernardus Irmanto menyebut, produksi di semester pertama memang lebih rendah dibanding perkiraan. Sebab, terdapat beberapa unplanned maintenance yang terjadi di kuartal pertama.

“Kami berharap bisa berproduksi lebih banyak di semester kedua dan mencapai target produksi 64.000 ton,” terang Irmanto saat dihubungi Kontan.co.id, pekan lalu.

Seperti diketahui, INCO  telah memutuskan untuk memundurkan pembangunan ulang (rebuild) furnace 4 ke bulan November 2021. Irmanto bilang, hal ini memberikan kesempatan bagi INCO untuk  berproduksi lebih banyak dengan tetap memperhatikan keselamatan operasional. 

Selanjutnya: Kemajuan proyek smelter memoles prospek Vale Indonesia (INCO)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×