kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Peneliti Ini Hitung, Kerugian Ekonomi Aksi Mogok Ojol Capai Rp 188 Miliar Per Hari


Rabu, 21 Mei 2025 / 13:36 WIB
Peneliti Ini Hitung, Kerugian Ekonomi Aksi Mogok Ojol Capai Rp 188 Miliar Per Hari
ILUSTRASI. Peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) Muhammad Anwar menghitung, jika aksi mogok nasional pengemudi ojol menurunkan aktivitas sebesar 50% dalam satu hari, berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi mencapai sekitar Rp 187,95 miliar per hari.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aksi demonstrasi ojek online (ojol) besar-besaran digelar di Jakarta pada Selasa, (20/5) lalu. Dikabarkan ada lebih dari 500.000 pengemudi ojol dan taksi online yang turun ke jalan maupun mematikan aplikasi sebagai bentuk protes besar-besaran terkait persoalan tarif dan kesejahteraan.

Terkait hal ini, Peneliti Institute for Demographic and Affluence Studies (IDEAS) Muhammad Anwar menghitung, jika aksi mogok nasional pengemudi ojol menurunkan aktivitas sebesar 50% dalam satu hari, berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi mencapai sekitar Rp 187,95 miliar per hari.

“Estimasi perputaran uang harian di sektor transportasi online mencapai sekitar Rp 375,89 miliar per hari. Jika aksi mogok nasional menurunkan aktivitas sebesar 50%, maka potensi nilai yang terdampak diperkirakan sekitar Rp 187,95 miliar dalam satu hari,” terang Anwar kepada Kontan.co.id, Rabu (21/5).

Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) Usai Demo Ojol

Perhitungan ini Anwar dapatkan dari total nilai transaksi atau Gross Transaction Value (GTV) dari layanan Gojek (yang mencakup GoRide, GoFood, dan GoSend) mencapai Rp 63,04 triliun.

Sementara itu, GTV Grab secara global (di enam negara Asia Tenggara) tercatat sebesar US$ 18,4 miliar atau Rp 293 triliun (kurs Rp 16.000 per US$). Jika diasumsikan kontribusi pasar Indonesia terhadap total GTV Grab global adalah sebesar 20%, maka estimasi GTV Grab Indonesia tahun 2024 adalah sekitar Rp 58,75 triliun.

Di luar dua pemain utama tersebut, terdapat sejumlah aplikasi ride-hailing lain seperti Maxim, inDrive, Anterin, Nujek, dan sebagainya. Dengan asumsi kontribusi aplikasi-aplikasi ini sekitar 10% dari total pasar, maka GTV kolektif mereka diperkirakan mencapai sekitar Rp 13,53 triliun.

Berdasarkan data tersebut, nilai total transaksi (GTV) industri ride-hailing di Indonesia tahun 2024 diperkirakan mencapai sekitar Rp 135,32 triliun.

Jika diasumsikan bahwa perputaran transaksi ini terjadi secara merata sepanjang tahun, maka estimasi perputaran uang harian di sektor transportasi online mencapai sekitar Rp 375,89 miliar per hari.

Lebih lanjut, Anwar menjelaskan mengenai beberapa sektor yang langsung merasakan dampak dari adanya mogok aktivitas ojol kemarin. Pertama, yakni UMKM dan pedagang kuliner.

“Banyak pelaku UMKM bergantung pada layanan pengantaran makanan (GoFood, GrabFood, dsb.). Mogok massal menyebabkan turunnya jumlah pesanan, mengganggu arus kas harian pelaku usaha kecil. Ini sangat merugikan, terutama bagi warung kecil yang hidup dari penjualan harian,” jelas Anwar.

Baca Juga: Ojol Demo Tuntut Potongan Tarif, Puan Maharani: DPR Sedang Cari Win-Win Solution

Kedua, konsumen atau masyarakat umum. Banyak pekerja yang sehari-harinya bergantung pada transportasi harian pada ojek online, khususnya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, yang akhirnya mengalami kesulitan dalam menjangkau tujuan.

Ketiga, sektor logistik skala kecil. Jasa pengiriman instan melalui GoSend dan GrabExpress menjadi tulang punggung logistik untuk individu dan usaha mikro. Keempat, aksi mogok ini juga menunjukkan risiko reputasi dan kerugian langsung bagi perusahaan platform.

“Ketergantungan pada jaringan pengemudi yang luas seharusnya diimbangi dengan model kerja yang adil. Ketika mitra tidak merasa dihargai atau terlindungi, keberlanjutan platform juga ikut terancam,” imbuh Anwar.

Selanjutnya: 7 Hotel Bandara Terbaik di Dunia Tahun 2025, Singapura Juaranya

Menarik Dibaca: Berapa Uang yang Harus Disimpan di Usia 30 Tahun? Ini Patokan & Cara Mengejarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×