kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.701.000   9.000   0,53%
  • USD/IDR 16.265   95,00   0,58%
  • IDX 6.638   24,89   0,38%
  • KOMPAS100 989   6,52   0,66%
  • LQ45 772   2,68   0,35%
  • ISSI 204   1,51   0,74%
  • IDX30 401   1,74   0,43%
  • IDXHIDIV20 484   3,14   0,65%
  • IDX80 112   0,84   0,75%
  • IDXV30 118   1,00   0,85%
  • IDXQ30 132   0,57   0,44%

Penerapan Bisnis Sawit yang Berkelanjutan Masih Terganjal Beragam Tantangan


Jumat, 14 Februari 2025 / 10:40 WIB
Penerapan Bisnis Sawit yang Berkelanjutan Masih Terganjal Beragam Tantangan
ILUSTRASI. Pekerja membongkar dan menata tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di salah satu tempat penampungan Desa Leuhan, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Senin (13/1/2025). Menurut pedagang pengumpul harga TBS kelapa sawit sejak dua pekan terakhir di Aceh Barat, mengalami penurunan dari Rp2.500 per kilogram menjadi Rp2.340 per kilogram. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/Spt.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-DENPASAR. Transformasi bisnis sawit berkelanjutan mulai menjadi fokus negara-negara produsen minyak sawit termasuk Indonesia. 

Pemerintah Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Prabowo mempunyai visi besar dalam mendorong sektor energi dan pangan. Industri sawit pun jadi salah satu sektor yang diharapkan dapat ikut berkontribusi pada visi besar pemerintah. Komitmen pemerintah tercermin dari rencana pembukaan lahan hingga 20 juta hektar untuk kebutuhan sawit dan food estate.

Di tengah permintaan untuk mengerek produktivitas, industri sawit turut menghadapi tantangan pelaksanaan bisnis berkelanjutan. Upaya mencapai praktik bisnis hijau industri sawit nasional kini bersiap menghadapi jalan bercabang antara tetap menjaga profit atau mensejahterakan petani.

Baca Juga: Jadi Kunci Industri Sawit, Petani Swadaya Sawit Perlu Edukasi Praktik Berkelanjutan

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono tak menampik soal kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas sawit nasional. Bukan tanpa alasan, selain minyak sawit sebagai sumber pangan, kebutuhan minyak sawit untuk campuran bahan bakar juga kian terkerek seiring implementasi kebijakan B40 yang telah dimulai pemerintah diawal tahun ini.

"Ini mengandung efek bahwa produktivitasnya harus dinaikan. Kalau tidak kan jatah untuk pangan akan dikurangi," ungkap Sudaryono selepas Gelaran The 7th International Conference on Oil Palm & Environment (ICOPE) 2025 di Bali, Rabu (12/2). 

Sudaryono menegaskan, ditengah berbagai rencana dan peluang pengembangan industri sawit nasional, para pelaku usaha diharapkan tetap menguatkan peran mendorong kesejahteraan petani.

"Kami sangat mendorong perusahaan-perusahaan swasta, ini kan bisnis (sawit menguntungkan). Karena menguntungkan saya mendorong semua private sector dan BUMN tolong agak capek dikit gak apa-apa (tapi) tolong rakyat ini benar-benar dibina," terang Sudaryono.

Baca Juga: Bos Sinar Mas Ungkap Peluang Pengembangan Sawit Nasional

Di sisi lain, Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari Kementerian Kehutanan, Muchamad Saparis Soedarjanto menekankan, pengembangan industri sawit patut menjadi perhatian dalam upaya menjaga kawasan hutan.

“Hutan dan sawit harus dilihat sebagai satu kesatuan lanskap yang saling mendukung,” jelas Saparis.

Dalam catatan Kemenhut, pertumbuhan budidaya sawit mencapai 1,25% per tahun, kebutuhan mendesak akan keseimbangan ekologis semakin nyata. 

Chairman & CEO Sinar Mas Agribusiness and Food Franky Oesman Widjaja menyinggung soal keunggulan Indonesia sebagai pemain utama industri sawit global. Bahkan, sawit nasional kini menghidupi sekitar 176 juta orang.

Lebih jauh, minyak sawit diklaim berkontribusi sebesar 40% untuk pasokan minyak sayur dunia. Hal ini menjadikan minyak sawit sebagai komoditas utama dalam menjaga keamanan pangan global.

"Sawit memproduksi minyak empat hingga sepuluh kali lipat lebih banyak dibandingkan tanaman nabati lainnya. Hal ini menjadikan minyak kelapa sawit sebagai sektor penting bagi ketahanan pangan dan ketahanan energi, tidak hanya bagi Indonesia, namun juga bagi dunia," terang Franky.

Di sisi lain, praktik bisnis hijau industri sawit dinilai belum berjalan optimal. 

Kepala Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University Damayanti Buchori mengungkapkan, industri sawit nasional telah cukup baik dalam melaksanakan praktik bisnis berkelanjutan sayangnya ini tak berlaku bagi para petani swadaya.

Salah satu kendala yakni pemenuhan sertifikasi Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO) oleh para petani.

Selain pendampingan, para petani harus merogoh kocek yang tidak sedikit untuk memenuhi standar bisnis berkelanjutan.

"Tantangannya sebetulnya sekarang dipetani swadaya yang masih perlu dibantu. Yang jelas perlu ada skema finansial yang membantu mereka mencapai sertifikasi karena itu tidak murah," terang Damayanti.

Padahal, para petani swadaya memiliki peran krusial dalam mendorong kontribusi sawit nasional. 

Direktur Konservasi Yayasan WWF Indonesia Dewi Lestari Yani Rizki menjelaskan, lebih dari 40% perkebunan sawit saat ini dikelola oleh smallholders atau petani swadaya. 

"Untuk itu, pada 2050 mendatang kapasitas dari petani swadaya akan menjadi kunci dalam transformasi agroekologi," ungkap Dewi.

Senada, Chief Sustainability and Communications Officer Sinar Mas Agribusiness and Food Anita Neville mengatakan, peran petani swadaya bahkan cukup krusial untuk perusahaan sekelas Sinar Mas.

Untuk itu, pihaknya kini tengah menggagas program pengembangan desa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang terdiri dari dua sasaran utama.

Pertama, dengan menyasar komunitas dimana komoditas kelapa sawit menyumbang sekitar 80% dari pendapatan lokal. Kedua, komunitas yang tidak mengandalkan komoditas kelapa sawit namun tetap membutuhkan dukungan kesejahteraan.

"Kami berfokus bagaimana mendukung petani agar dapat berkembang, membantu mengadopsi bahan baku yang lebih baik, akses keuangan, pasar dan meningkatkan produktivitas," jelas Anita.

Selanjutnya: Tolak Gabung BRICS, Arab Saudi Justru Gelontorkan Investasi Rp9.800 Triliun ke AS

Menarik Dibaca: Mowilex Gelar Let Your True Colours Shine: Leadership Series

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×