Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) mencatat, penerbitan surat utang korporasi sektor energi dan pertambangan mengalami lonjakan di tahun ini. Dalam periode 9 bulan terakhir, realiasasinya sudah melampaui pencapaian pada tahun 2019 lalu.
Direktur Pemeringkatan Pefindo Hendro Utomo membeberkan, dalam periode 1 Januari - 30 September 2020, penerbitan surat utang korporasi dari sektor pertambangan dan energi mencapai Rp 5,36 triliun. Surat utang tersebut diterbitkan oleh lima perusahaan.
Hendro mengungkapkan, kelima perusahaan tersebut adalah PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII), PT Medco Energy Tbk (MEDC), PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Elnusa Tbk (ELSA).
Jika dibandingkan dengan tahun 2019, ada kenaikan yang signifikan. Sebab sepanjang tahun 2019, jumlah penerbitan dari sektor pertambangan dan energi tercatat Rp 2,24 triliun dari tiga perusahaan.
Baca Juga: Kinerja paling stabil tahun ini, pasar obligasi disokong investor lokal
Hendro bilang, tujuan penerbitan surat utang tersebut bervariasi. "Ada yang digunakan untuk refinancing utang yang akan jatuh tempo, ada juga yang untuk kebutuhan ekspansi, dan pembiayaan modal kerja," ujarnya saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (6/10).
Penerbitan surat utang di sektor energi-pertambangan juga bakal bertambah. PT Indika Energy Tbk (INDY), misalnya, berencana menerbitkan surat utang senior dengan nilai sebanyak-banyaknya US$ 650 juta. Rencananya, obligasi ini akan diterbitkan di Bursa Efek Singapura atau Singapore Exchange Securities Trading Limited (SGX-ST).
Pokok obligasi akan dibayarkan seluruhnya dan sekaligus pada tanggal jatuh obligasi selambat-lambatnya pada tahun 2027 atau periode lain yang disetujui para pihak.
Secara umum, INDY berencana menggunakan dana hasil penerbitan obligasi tersebut untuk pengembangan usaha, pembiayaan diversifikasi usaha, pelunasan kewajiban, serta pembiayaan korporasi lainnya.
Baca Juga: Investor asing berpotensi mulai masuk, prospek obligasi negara semakin menarik