kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerimaan negara dari sektor ESDM capai Rp 141 triliun hingga Juli 2021


Kamis, 30 September 2021 / 11:17 WIB
Penerimaan negara dari sektor ESDM capai Rp 141 triliun hingga Juli 2021
ILUSTRASI. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, kontribusi terhadap penerimaan negara hingga Juli 2021 mencapai Rp 141 triliun.

Menteri ESDM Arifin Tasrif pun memastikan, raihan ini lebih baik dari periode yang sama di tahun 2020 silam.

"Hingga Juli tahun ini, kontribusi sektor ESDM dalam penerimaan negara mencapai Rp 141 triliun atau lebih tinggi 103% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sedangkan investasi ESDM telah mencapai lebih dari US$ 12 miliar," kata Arifin dalam Upacara Peringatan Hari Jadi Pertambangan ke-76 yang dilaksanakan secara virtual belum lama ini.

Arifin menjelaskan, pada sektor migas selain mengubah skema kontrak bagi hasil menjadi lebih fleksibel, Pemerintah juga memberikan berbagai macam insentif untuk menarik investasi. Selain itu, Program BBM Satu Harga yang bersentuhan langsung dengan masyarakat juga terus dilaksanakan dan menargetkan lebih dari 580 titik hingga tahun 2024.

Dia mengungkapkan, kontrak bagi hasil migas telah dibuat lebih fleksibel yaitu skema gross split atau cost recovery. Hal ini dilakukan untuk lebih menarik investasi hulu migas. Selain itu, pemerintah juga memberikan berbagai insentif, antara lain untuk Blok Mahakam.

Baca Juga: Lakukan inovasi energi, Kementerian ESDM anugerahkan Subroto Award ke 14 perusahaan

"Pada bulan Agustus 2021, Blok Migas Rokan, salah satu blok migas terbesar Indonesia juga secara resmi telah dikelola negara melalui Pertamina," jelas Arifin.

Kementerian ESDM juga mengeluarkan kebijakan untuk memberikan kepastian pemanfaatan batubara untuk menjaga ketahanan energi domestik, khususnya pada pembangkit listrik.

Arifin pun memastikan, Kementerian ESDM pun juga mengambil langkah untuk kebijakan pemanfaatan mineral yang diklaim diarahkan untuk peningkatan nilai tambah, utamanya nikel sebagai salah satu material pendukung baterai kendaraan listrik.

Dia melanjutkan, di bidang ketenagalistrikan, pemerataan akses listrik masih menjadi fokus utama Kementerian ESDM. "Saat ini, rasio elektrifikasi telah mencapai 99,4%, dan tahun depan ditargetkan seluruh rumah tangga telah dialiri listrik 100%," tutur Arifin.

Pada kesempatan tersebut, Arifin kembali menyampaikan bahwa Kementerian ESDM telah menyusun Grand Strategy Energy Nasional (GSEN) yang diharapkan mampu membuahkan solusi untuk tantangan ketahanan dan kemandirian energi nasional.

"GSEN juga diharapkan mampu menjadi jawaban dari tantangan yang saat ini dihadapi, antara lain keterbatasan pengembangan EBT dan tuntutan pembangunan infrastruktur yang lebih masif dan tepat guna," tambah Arifin.

Baca Juga: SKK Migas kumpulkan pimpinan KKKS guna selaraskan strategi hadapi target 2022

Pada Grand Strategy Energy, telah dipetakan rencana untuk untuk menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 38 GW sampai tahun 2035 melalui upaya percepatan substitusi energi primer, konversi energi primer fosil, penambahan kapasitas EBT dan pemanfaatan EBT non listrik/non BBN.

"Untuk mencapai target tersebut, Pemerintah memprioritaskan pengembangan energi surya karena biaya investasi yang semakin rendah dan waktu pelaksanaan yang semakin singkat," ujarnya.

Program-program tersebut dinilai Arifin, mendukung target transformasi energi menuju Net Zero Emission (NZE) yang menjadi komitmen bersama untuk dicapai paling lambat pada tahun 2060 atau bisa lebih cepat lagi dengan bantuan internasional.

"Pemilihan teknologi menjadi pertimbangan utama guna memastikan ketersediaan, kemudahan, keterjangkauan, keberlangsungan dan daya saing untuk mencapai kemandirian energi, ketahanan energi, pengembangan berkelanjutan, serta ketahanan iklim dan rendah karbon," pungkas Arifin.

Selanjutnya: OJK: Stabilitas sektor jasa keuangan masih terjaga di Agustus 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×