kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.980.000   15.000   0,76%
  • USD/IDR 16.819   11,00   0,07%
  • IDX 6.450   11,44   0,18%
  • KOMPAS100 925   -0,63   -0,07%
  • LQ45 721   -2,01   -0,28%
  • ISSI 207   2,14   1,05%
  • IDX30 374   -1,81   -0,48%
  • IDXHIDIV20 452   -1,88   -0,41%
  • IDX80 105   -0,12   -0,11%
  • IDXV30 111   0,17   0,16%
  • IDXQ30 123   -0,48   -0,39%

Pengemudi Ojol Minta Skema Orderan Hemat Dihapus, Mengapa?


Senin, 21 April 2025 / 03:39 WIB
Pengemudi Ojol Minta Skema Orderan Hemat Dihapus, Mengapa?
ILUSTRASI. Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) meminta agar aplikator ojol menghapus skema orderan hemat karena dinilai merugikan pengemudi ojol. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Serikat Pekerja Angkutan Indonesia (SPAI) meminta agar aplikator ojek online (ojol) menghapus skema orderan hemat karena dinilai merugikan pengemudi ojol. 

Ketua SPAI, Lily Pujiati, mengatakan bahwa skema orderan hemat ini dapat merugikan pengemudi ojol karena bersifat diskriminatif. 

Aplikator memprioritaskan pengemudi yang mendaftar skema hemat untuk mendapatkan pesanan lebih banyak, sedangkan bagi pengemudi yang tidak mendaftar akan sepi pesanan. 

"SPAI menuntut dihapuskannya program atau skema orderan diskriminatif yang dipraktekkan perusahaan platform," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Kompas.com, dikutip Minggu (20/4/2025). 

Dia mencontohkan bahwa pada platform Grab terdapat skema hemat bernama GrabBike Hemat atau Akses Hemat. Skema ini akan memotong pendapatan pengemudi ojol sebesar Rp 2.000 bila menjalankan pesanan antar penumpang sebanyak 2-5 orderan. 

Kemudian, besaran potongan akan bertambah menjadi Rp 3.000 bila menjalankan pesanan dari platform sebanyak 6 orderan atau lebih. Adapun potongan skema hemat mulai berlaku sejak Februari lalu. 

Namun, kemudian potongan yang diambil dari pengemudi ojol menjadi naik mulai April ini, yakni menjadi Rp 20.000 untuk menjalankan pesanan dari aplikator sebanyak 10 orderan atau lebih. 

Baca Juga: Gabungan Serikat Ojol Siap Gelar Demo Protes Terhadap Grab, Ini Alasannya

Tidak hanya Grab, aplikator Gojek juga menerapkan skema yang mirip melalui skema argo goceng. Pengemudi dibebankan potongan hingga Rp 3.300 setiap menjalankan perintah orderan dari aplikator. 

Contohnya, saat pengemudi ojol menjalankan pesanan antar makanan, mereka akan memperoleh pendapatan senilai Rp 8.800. Namun, dengan diberlakukannya skema tersebut, pengemudi hanya mendapatkan Rp 5.000. 

"Semua potongan itu semakin memberatkan karena selain itu, platform masih melakukan potongan setiap orderan yang dikerjakan pengemudi ojol sebesar 30-50 persen. Belum lagi biaya operasional yang harus ditanggung pengemudi ojol," ungkapnya. 

Oleh karenanya, dia meminta pemerintah untuk tegas terhadap aplikator ojol agar menghapus skema tersebut. 

Sebelumnya, Director Mobility and Logistics Grab Indonesia, Tyas Widyastuti, mengatakan bahwa program akses hemat merupakan program tambahan baru yang bersifat opsional kepada mitra pengemudi untuk mendapatkan akses pada layanan GrabBike Hemat. 

Baca Juga: Ramai Demo Ojol soal Grab Hemat, Grab Indonesia Angkat Bicara

Ketentuan biaya langganan harian pada program Akses Hemat berbeda di setiap kota dan telah diinformasikan pertama kali saat mitra mendaftar. 

"Mitra juga dapat membatalkan penambahan Program Akses Hemat ini kapan saja tanpa biaya apa pun," katanya. 

Program Akses Hemat diluncurkan sejak awal tahun 2025 setelah mempertimbangkan masukan mitra pengemudi sebelumnya yang mengeluhkan terkait ketersediaan layanan GrabBike Hemat. 

Tonton: Grab Incar Pinjaman US$ 2 Miliar Untuk Akuisisi Goto

"Namun kami akan terus meninjau program baru ini secara berkala dan akan menerapkan penyesuaian-penyesuaian, jika diperlukan," ucap dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pengemudi Ojol Minta Skema Orderan Hemat Dihapus, Ini Alasannya"

Selanjutnya: Amerika Keluhkan Maraknya Barang Bajakan di Mangga Dua, Ini Isi Lengkap Dokumennya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×