kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengiriman barang terbantu tersambungnya jalan tol Trans Jawa


Selasa, 03 September 2019 / 15:04 WIB
Pengiriman barang terbantu tersambungnya jalan tol Trans Jawa
ILUSTRASI.


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Prospek jasa transportasi darat berbasis jalan masih menjanjikan, ditopang masifnya pembangunan infrastruktur dan ekspansi pabrik sejumlah perusahaan besar. Dalam beberapa tahun ke depan, populasi angkutan barang nasional diprediksi tumbuh 50% per tahun.

Direktur Utama PT Putra Rajawali Kencana (Pura Trans) Ariel Wibisono menuturkan, pemerintah telah merampungkan pembangunan tol Trans Jawa yang membentang dari Merak hingga Probolinggo sepanjang 969 kilometer (km). Fasilitas ini dan Sistem Logistik Nasional yang terintegrasi akan mempermudah dan mempercepat arus pengiriman barang dengan menggunakan truk.

Baca Juga: Pengamat: Ibu kota baru harus ditopang transportasi modern dan ramah lingkungan

Dari sisi pasar, dia menerangkan, proyek pembangunan pemerintah terus meningkat dan kebutuhan serta konsumsi ritel tumbuh sebesar 5-6% per tahun. Ini akan mendongkrak permintaan jasa pengiriman barang.

“Pasar dan fasilitasnya juga sudah ada, sehingga pertumbuhan harus meningkat. Ini juga sejalan dengan agenda pemerintah. Setelah infrastruktur tuntas, tentunya pemerintah berniat memacu ekonomi," ujar Ariel di dalam keterangan pers, Selasa (3/9).

Khusus di Jawa, kata Ariel, omzet bisnis pengangkutan dengan truk tahun ini diprediksi mencapai Rp 1 triliun. Tahun depan, jumlahnya diprediksi naik 50% menjadi Rp 1,5 triliun. Tren ini akan terus berlanjut hingga empat tahun berikutnya.

Ariel menambahkan, pengusaha truk kini juga dapat bersinergi dengan angkutan multimoda, seperti kereta api dan tol laut. Dengan demikian, proses pengiriman barang dapat menjangkau lintas provinsi dan pulau.

"Masa depan bisnis truk akan cerah terus. Artinya, order akan tetap ada dan proses bisnis juga terbantu dengan adanya geliat infrastruktur. Volume yang terus meningkat akan diimbangi kecepatan pengiriman yang disinergikan dengan antarmoda lainnya. Maka, bisnis truk akan menjadi primadona, karena truk adalah urat nadi ekonomi nasional," papar dia.

Baca Juga: Siap-Siap, Tarif Tol di Ruas Jalan Tol Ini Akan Naik

Untuk menjaga kinerja sektor ini, kata Ariel, pemerintah perlu merilis kebijakan kondusif. Dia menyarankan monitoring jembatan timbang sebaiknya ditempatkan langsung di pintu keluar masuk area industri sebagai tempat yang lalu lintas barangnya padat.

Dengan begini, aturan-aturan dan regulasi pemerintah mengenai pembatasan berat dapat tersampaikan ke pemangku kepentingan, industri penghasil serta industri pemilik barang.

Dia juga menyarankan klasifikasi barang dapat dipetakan seperti layaknya kontainer, yakni jenis kargo umum dan kargo khusus. Tujuannya agar kapasitas dan berat dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam pengelompokan jenis barang, termasuk pengawasan dan pengaturan di jembatan timbang.
Pura Trans adalah unit bisnis Grup Rajawali.

Sekedar info, perseroan melayani pengiriman building material dan infrastruktur, seperti batu bata ringan, semen putih, asbes serta aneka komoditas, antara lain pupuk, semen, minyak goreng, hingga barang jadi. Hingga kini, total truk Puratrans mencapai 145 unit, dengan jangkauan operasi Jawa hingga Sumatera.

Dalam kesempatan terpisah, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldi Ilham Masita mengatakan, bisnis logistik tahun ini akan tumbuh sekitar 10% dibandingkan tahun lalu. Kemudian, bisnis logistik pada 2020 sekitar 8-9%.

Baca Juga: Tersambungnya jalan tol Trans Jawa dan mahalnya tiket pesawat kerek pendapatan Lorena

Angka itu masih lebih tinggi apabila dibandingkan pertumbuhan ekonomi Republik Indonesia. "Pertumbuhan 10% tidak lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bisnis logistik pada tahun-tahun sebelumnya rentang antara 12% dan 14%," tutur Zaldi.

Kendati demikian, prospek bisnis logistik pada 2020, menurut Zaldi, tetap harus diwaspadai. “Salah satu faktor yang harus diwaspadai adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China," papar Zaldi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×